Salak

Sabtu 8 Desember 2007

Pohon salak sangatlah unik, tidak indah seperti gelombang cinta atau jemani yang berharga mahal. Tidak meneduhkan seperti beringin, tidak pula mistis seperti pohon cedar dalam puisi-puisi Gibran. Cenderung jelek, bahkan sedikit menyeramkan dengan duri-duri di tubuhnya. Bagaimana ya menggambarkannya??

Daunnya yang berjuntai, menyatu dengan batangnya. Di sepanjang gagang daunnya tumbuh duri-duri yang lumayan tajam, besar dan panjang. Budidaya-nya tidaklah sukar namun juga tidak mudah, bila saya tidak salah tidak semua tempat bisa dengan baik mendukung pertumbuhannya. Artinya pohon salak bisa tumbuh, namun belum tentu berbuah.

Berbuah bagi salak bukanlah perkara yang mudah, benang sari dan putik sebagai aktor utama terjadinya pembuahan tidak berada dalam satu pohon. Terpisah pada pohon jantan dan pohon betina, artinya dalam satu area penanaman salak, ada satu pohon jantan dan beberapa pohon betina, poligamikah?? Dampaknya adalah hasrat benang sari untuk membuahi kepala putik tidak bisa begitu saja, tidak semudah membuka baju, kemudian dilanjutkan dengan ritual purba. Perlu bantuan pihak luar, entah itu angin, lebah, burung-burung atau manusia yang memotong benang sari dan dengan lembut memukul-mukulkannya pada kepala putik. Sebenarnya disinilah kisah akan dimulai sahabat.

Teringat saya pada hubungan diantara makhluk-makhluk itu, mulai dari parasitisme, mutualisme dan komensalisme (bener ga ya?? Saya sudah lupa πŸ˜€ ). Saat burung-burung dan lebah hinggap di bunga salak, sebagian madu bunga akan dihisap. Pada saat yang sama menempel pula benang sari, lebah dan burung akan berpindah tempat, begitu pula dengan benang sari yang menempel. Terjatuh berceceran, dan diantaranya ada pula yang hinggap di kepala putik, terjadilah pembuahan. Bukankah hubungan ini saling menguntungkan, dan yang seperti ini bukan yang dinamakan mutualisme??

Angin bertiup, mengusik kedamaian benang sari, beberapa terlepas dan kemudian mengikuti gerakan angin. Jatuh pula sebagian di kepala putik dan kemudian pembuahan terjadi. Entahlah saya salah atau benar, bila ada yang lebih tahu harap mengoreksi, tapi seingat saya yang seperti ini dinamakan komensalisme. Satu pihak diuntungkan namun pihak lain tidak dirugikan. Benalu, atau tanaman parasit lain tidak tertarik untuk mengganggu kehidupan salak, barangkali takut pada durinya, sehingga hubungan parasitisme menjadi nihil.

Bila salak berbuah, tidak bagus bentuknya, warnanya kurang menarik dan tidak pantas dihidangkan di atas meja, bersanding dengan pisang, apel, pear, strawberry atau cherry yang ditambahkan embel-embel import di belakangnya. Saking tidak menariknya, setahu saya belum ada salak bangkok, sebuah varian buah yang menggeser buah lokal, dan selalu lebih unggul, serta buatan Thailand katanya. Rasanyapun tidak semua manis, hanya beberapa jenis saja seperti pondoh dan nglumut yang masir (istilah salak berasa manis di tempat saya). Tidak jarang, walaupun besar buahnya namun ternyata kecut atau sepet rasanya. Belum lagi ditambah dengan selaput dara tipis yang menyelubungi buah salak yang putih, menyibukkan gadis-gadis remaja atau ibu-ibu dengan kegiatan menghilangkannya terlebih dahulu, sebelum masuk ke mulut-mulut mungil bergigi rapi, atau putra-putri yang memandang penuh harap. Padahal saya dengar dari teman saya, katanya disitulah berada serat buah salak yang menyehatkan dan berkhasiat. Lha, khasiatnya apa?? Ah prestasinya pun biasa saja sebenarnya, sepanjang pengetahuan saya yang cethek ini, salak bisa membantu menghentikan diare. Entah saat ini, sudah ada update atau belum mengenai khasiat salak :mrgreen: Jadi bila anda berada di kamar mandi, sedang dalam masa menghasilkan melodi yang terdistorsi, rusak dan menjijikkan, anda bisa mencoba salak untuk mendiamkanya.

β€œJadi pesannya apa Goop??” kata teman saya (Yess teman saya yang dulu sekali itu sekarang sudah kembali, kemana aja dia ya?? :mrgreen: )

Well, maaf saya keasyikan berputar-putar. Mari kita mengingat sebuah petuah jawa yang berbunyi don’t judge a book by it’s cover yang artinya pasti semua sudah tau kan?? Dari pohon salak kita bisa belajar mengenai mutualisme dan komensalisme, sebuah keajaiban yang lain. Biarpun daunnya tidak cantik warna warni dan bergelombang, walau di tubuhnya tumbuh duri-duri, meski baunya tidak enak (poin bau, saya ngawur dan sekedar tambahan saja). Sementara di lain pihak, buahnya berkhasiat dan menyehatkan, rasanya pun pada beberapa jenis manis.

β€œLah, cuma itu saja Goop?? Ah nda’ penting!!!” kata teman saya lagi

Deuh, saya sedang kesulitan merangkai kata, masih terpengaruh tulisan sedikit resmi berjudul delapan, atau adakah yang berbeda dan salah dengan saya kali ini?? Entahlah, semoga masih ada yang sekedar menggunakannya sebagai bungkus nasi goreng diluar sana bila ini di print. Tetapi siapa tau, sambil menikmati nasi goreng ada yang membaca bungkusnya πŸ˜€ ….

_________________________________________

Ditulis beberapa hari setelah memakan salak dari kebun sendiri, yang ditanam Bapak setelah beberapa lama tanpa buah. Dipotong oleh tangan Bapak sendiri dan disuguhkan dengan binar. Dinikmati dan terasa manis, meski beberapa duri yang ada dibuahnya, (khas salak setelah dipetik) ada yang ngumpet di ujung jari. Sedikit banyak terpengaruh oleh tulisan beliau tentang pisang dan pelajaran darinya. Sengaja di terbitkan hampir bersamaan dengan postingan sebelumnya, untuk mengalihkan dari postingan sedikit narsis dan β€œbeda” itu pada tulisan ini. Bukanlah tulisan ahli biologi, sehingga bila banyak kesalahan istilah dari kejadian sebenarnya mohon dikoreksi, terima kasih.

34 comments so far

  1. goop on

    Deuh apa ga jelek banget ya?? πŸ˜†

    Goop:::
    iya tuh, jueelllleeeekkkk!!!!
    weeee

  2. itikkecil on

    biasanya kalo makan salak, serat itu yang duluan saya buang πŸ˜€

    Goop:::
    nah kan, berarti benar tulisan diatas :mrgreen:
    yess, makasih tante πŸ˜€

  3. deKing on

    eh komen saya tadi ga sampai ya Uncle?Td saya sdh komentar tp pakai HP.ya sudahlah nanti komentar lagi kalau sdh pakai komputer

    Goop:::
    sampai ko, tapi itu kan di postingan yang berbeda πŸ˜€

  4. qzink666 on

    Wah, baru teu saya, ternyata pohon salak itu ada jantan ada betina yak, paman?
    Kira-kira cara ngebedainnya gimana tuh?

    Goop:::
    Memang begitu sobat, setau saya πŸ˜€
    cara membedakan, kalo belum berbuah saya kurang tau πŸ‘Ώ
    nah, setelah berbuah, baru ketahuan
    salak jantan tidak berbuah sementara yang betina kebalikannya :mrgreen:

  5. deKing on

    Mmmmm mirip2 dengan kisah Kedondong vs Durian.
    Kedondong merupakan buah yang dr luar terlihat halus tp ternyata dalamnya (bijinya) lumayan kasar.
    Tetapi mengenai penilaian akan kemasan mmg tidal bisa dipungkiri karena bagaimanapun mata kepala kita bekerja lebih dahulu dari mata hati kita, apalagi seringkali mata hati kita tertutup kabut2 egoisme, iri dkk.

    Ada lagi tentang Salak…
    Secara normal Salak selalu hanya memiliki 3 siung saja. Apakah hal itu menunjukkan sikap qonaah (merasa cukup) atau menunjukkan kepasrahan? Tetapi yang jelas setelah melewati masa tertentu, Salak tidak melakukan usaha memperbanyak diri melainkan melakukan usaha memperbesar diri.
    oh ya,tentang selaput salak saya setuju. Setahu saya selaput salak sangat bermanfaat untuk sembelit.

  6. deKing on

    mengenai pertanyaan Qzink….
    Saya juga tidak tahu bagaimana membedakan salak jantan dan betina hanya dari fisik pohon (daun dkk)
    Tetapi begitu bunga mulai nampak alias masih menguncup (belum mengembang apalagi menjadi buah) maka kita bisa membedakan yg jantan atau betina.Tp maaf saya merasa kesulitan mendeskripsikan perbedaan tsb secara kata2, apalagi sdh hampir 2 tahun saya tdk membantu ayah saya di kebun.
    jadi perbedaan jantan dan betina tdk perlu menunggu berbuah, tetapi cukup melihat ketika bunga mulai muncul.
    BTW teman tahu tidak kalau pengembangbiakan salak lebih cepat dan mudah dilakukan dengan cara menCANGKOK?

  7. goop on

    Ada seorang sahabat yang bilang, bahwa biarkan comment seperti adanya comment. Bila memberikan tambahan pada comment yang bagus, malah akan merusaknya. Dua comment diatas ini adalah contoh pernyataan itu.
    Merasa begitu bodoh, saat bertemu ahli yang sebenarnya :mrgreen:
    Terima Kasih untuk Paman deKing atas tambahan informasi dan koreksinya.

  8. Sayap KU on

    Baru tahu buah salak adalah perawan yang masih memiliki selaput dara … **membayangkan**

    -Ade-

    Goop:::
    Bletakkk!!!
    nda’ ngerti harus nulis apa :mrgreen:

  9. tukangkopi on

    Mari kita mengingat sebuah petuah jawa yang berbunyi don’t judge a book by it’s cover yang artinya pasti semua sudah tau kan??

    artinya: buku yang covernya jelek belum tentu isinya bagus. begitu bukan? :mrgreen:

    Goop:::
    yess, itu salah satu artinya
    dan mungkin buku, habis ketuang kopi bikinan tukang kopi πŸ˜†
    karena nda’ bisa dibaca kemudian :mrgreen:

  10. deKing yang biasa2 saja on

    Ada seorang sahabat yang bilang, bahwa biarkan comment seperti adanya comment. Bila memberikan tambahan pada comment yang bagus, malah akan merusaknya. Dua comment diatas ini adalah contoh pernyataan itu.
    Merasa begitu bodoh, saat bertemu ahli yang sebenarnya…

    Hooiii apa2an ini …
    Janganlah seperti itu wahai brother …
    Pendapat saya di atas sangat mungkin untuk salah πŸ˜‰

    Goop:::
    dan sangat mungkin untuk benar kan??
    :mrgreen:

  11. extremusmilitis on

    Pesan-nya di-terima dengan sinyal yang bersih πŸ˜‰

    Goop:::
    memang pake provider apa?? :mrgreen:

    Dipotong oleh tangan Bapak sendiri

    Ya…iya…lah…masa sih tangan-nya Bapak-nya orang lain 😈

    Goop:::
    πŸ™„ 😎

  12. Sawali Tuhusetya on

    Pohon salak yang berduri juga menjadi simbol bahwa kita jangan mudah terjebak pada tampilan fisik, hehehehehe πŸ˜† Bisa jadi tampilan fisik yang kurang nyaman malah bisa bermanfaat bagi orang lain. Sayangnya, kita gampang menilai seseorang dari tampilan fisiknya sehingga orang-orang yang bijak sampai melontarkan sebuah idiom: “Jangan lihat siapa yang berbicara, tapi dengarkan apa katanya”. *Halah sok tahu, yak!”
    Jangan lihat batangnya yang berduri, tapi lihatlah buahnya yang lezat dan manis!

  13. goop on

    Sobat, harap pesan dari Paman Sawal ini dibaca! πŸ˜€
    itulah pesan yang ingin saya sampaikeun,
    saya tidak berani menambahkan apapun
    terima kasih, Paman

  14. caplangβ„’ on

    pohon salak betina pasti lebih mengkilap

    Goop:::
    Karena sering di elus-elus ya bro?? πŸ‘Ώ
    aya.. aya.. wae..

  15. Sayap KU on

    Absent .. gak ada tulisan baru, jadi disini aja.

    -Ade-

    Goop:::
    ????
    berasa sedang di kelas sebuah SMU yang sunyi
    *halah*

  16. celo =3 on

    saya nggak pernah merhatikan bahwa pohon salak itu kejam *durinya* padahal di rumah piara salak satu… TT___TT

    Goop:::
    hee kejam??
    karena apa ko kejam??
    kalo cuma satu, berbuah ga??

    menyentuh,,

    Goop:::
    Benarkah??
    Padahal saya nda’ ngapa2in, sumpah!!!

  17. […] hetrix, top skor dan lain-lain di blog ini. Dari lubuk hati yang paling dalam, saya mengucapkan terima […]

  18. beratz on

    di kamar hotel sekarang juga ada salak mas goop

    Goop:::
    Pamer nih, yang sedang dihotel?? πŸ‘Ώ

  19. beratz on

    tukul arwana says “don’t judge the book by the cover”

    Goop:::
    Hehe
    semacam Java english ya??

  20. aLe on

    wah enak neh bisa tiap hari makan salak karena pny sndr πŸ˜‰

    Goop:::
    Iya kalo pas lagi musim aja mas…
    terima kasih

  21. djunaedird on

    Nggambar pohon salak ❓ Kayaknya ruwet ❗ Mendingan makan buahnya. Awas jangan keliru isinya :mrgreen:

    Goop:::
    Benar, isi-nya keras πŸ‘Ώ

  22. andex on

    …..
    *bingung… kebanyakan baca tulisan ‘salak’ tapi gak ada skrinsut ‘salak’…*

    Goop:::
    wah, iya saya lupa ada yg lebih seneng gambar dari pada tulisan :mrgreen:
    maaf sobat

    ….
    *baru nyadar kalo paklik gopie pokil… kenapa pas kemaren ke jakarta gak bawa salak?!*

    Goop:::
    weee, ngghhh anoo, kemaren itu kan belum musim πŸ˜†
    maaf yak πŸ˜€

  23. qzink666 on

    Wah, ternyata pohon salak bisa di cangkok juga yak?
    Bener-bener.. Ternyata masih terlalu banyak hal yang tidak saya ketahui di dunia ini.. 😦

    Goop:::
    sama sobat,
    saya juga baru tau dari informasi paman deKing
    :mrgreen:

  24. Hoek Soegirang on

    Hayah, fostingan fengabur jejag fostingan sebelumna….

    Goop:::
    maaf sobat, habis saya nda’ fede sangadh mHuahaha

    be te we, komensalisme ini artinya saling memberi komen bukan?
    *bletakkk

    Goop:::
    iya, agar silarurahim antar bloger terjaga
    Lha??? :mrgreen:

  25. Hanna on

    Tepuk Pramuka untuk pak Sawali. Pesannya sudah saya petik.

    Goop:::
    Ikut-ikutan tepuk pramuka :mrgreen:

  26. Hanna on

    Paman Goop, di daerah saya ada pohon asem yang pohon dan buahnya persis kaya salak. Tapi bukan salak. Rasanya sepet dan asem. Buah itu biasanya dijadikan asinan.

    Goop:::
    Whaa… coba aja dibuat postingan mBak πŸ˜€
    barangkali akan jauh lebih menarik dari salak saya ini :mrgreen:

    Benalu tidak menempel di pohon salak. Salut postingannya. Banyak pesan yang bisa dipetik.

    Goop:::
    Ah ya, terima kasih,
    Hanya mencoba bertutur :mrgreen:

  27. iman brotoseno on

    jadi memang persepsi bisa mengaburkan sebuah akal sehat

    Goop:::
    betul Mas Iman,
    seperti stigma yang sudah kadung melekat
    *barangkali* πŸ˜€

  28. kurtubi on

    Paman Goop, salak salah satu buah kegemaranku.. tapi gak ngerti bagaimana resepsi pernikahan sehingga menjadi buah ituh… ternyata begitu detilnya begitu menarik., ada poligaminya segala..

    ohya perkawinan ala salak itu berarti gak butuh kamar yaa dan bisa dengan siapa saja mak comblangnya.. πŸ™‚

    Goop:::
    Deuh, mnurut saya sih bgitu paman Kurt… :mrgreen:
    Oya, minta tolong menjadi mak comblang saya, bisa tak?? πŸ˜€
    *halah, dan kmudian ditabok*

  29. lil4ngel5ing on

    Aduwh, jangan begitu donk, saya salah satu penggemar salak niyh…. hehehe… Kalau selaputnya nggak dikupas konon nggak menyulitkan kita buang air besar lohhhh, tanya aja sama orang2 yang tinggal di Pondoh DIY… jangan2 kamu orang DIY lagi,,,, Yukkk mareeeh…. :p

    Goop:::
    Eh ada penggemar salak juga??
    Lha, ternyata ada pula khasiat yang macam bgitu πŸ˜€
    ah, terima kasih untuk tambahan informasi ini :mrgreen:

  30. warnetubuntu on

    ternyata belajar kebijaksanaan bisa dari mana saja.. bahkan pohon salak pun bisa jadi inspirasi untuk itu… salut salut πŸ™‚

    Goop:::
    Eh, iya mas πŸ˜€
    dari mana saja kita belajar…
    hanya memang kadang, pelajaran itu tersembunyi dan tidak mudah menemukannya :mrgreen:
    bgitulah kata orang-orang tua, yang acap kali saya dengar
    terima kasih πŸ˜€

  31. ponakan on

    loh bener unc. selaput tipis itu kalo dimakan bareng daging buahnya gak akan bikin efek mampetin. kalo serat tetap di daging buah nya kok.

    Goop:::
    eh, jadi begitu ya??
    baru tau saya :mrgreen:
    makasih, info baru inih

  32. rani on

    numpang komen ya…

    nemu gak sengaja nih postingannya, karena saya sangat sangat suka sekali sama salak, baca postingan ini mengingatkan saya perjalanan ke kebun salak di kaki gunung agung di bali, wah saya benar2 dikelilingi pohon salak yang sangat keren (dalam pikiran saya)

    mmm…se umur2 saya belum pernah liat salak ada uletnya, walaupun tu salak busuk, jadi selain benalu, ulet juga ga doyan ma salak πŸ™‚

    sdh ah komennya, dak biasa komen susah cari kata2nya… pokoke seneng dah baca postingan tentang salak, salam kenal

  33. riah on

    aq suka banget sama buah salak,salak adalah buah faforit q loeh!
    oy thank’s bget y!
    atas informasi nya!
    aq jdi teu neh skarang klo mkan salak selaput lmbut nya lebih bgus gak use d buang,
    thank’s bgt ea!

  34. akbar on

    sebaikny memang selaput tipis dari buah salak tidak dhilangkan karena mengandung serat untuk memperlancar BAB.


Tinggalkan Balasan ke qzink666 Batalkan balasan