Buih

buih

Di pantai manapun, tidak pernah buih menjadi esensi. Apa salah buih sebenarnya? Bila saja laut dan langit tidak memadu di ujung menjadi horison, bila saja nyiur tidak melambai-lambai, dan burung pantai tidak mengepakkan sayapnya. Adakah pesona laut, yang dapat ditangkap oleh pujangga, menjadi warna-warna kata?

Di pantai manapun, tidak pernah buih menjadi esensi. Apa salah buih sebenarnya? Bila saja mentari, tidak muncul menjadi sunrise di kala pagi. Bila saja mentari, tidak menjadi mata dewa, yang hilang menjadi sunset di kala senja. Adakah pesona laut, yang dapat ditangkap oleh pujangga, menjadi warna-warna kata?

Padahal ikan, tak peduli pada nyiur, kepak burung, dan horison. Padahal bakau lebih mementingkan kadar garam, kejernihan air, juga pasang surut, ketimbang sunset dan sunrise. Buaya muara, yang telah pindah, juga lebih mementingkan keasinan air laut, bentuk pantai, juga kejernihan, untuk kembali menemukan habitat asalnya.

Buih menemukan cantiknya, saat horison, tak terlihat. Buih memancarkan pesonanya, waktu nyiur menjadi monster menyeramkan yang bergoyang-goyang, dengan kepala bersatu pada tangan yang melambai-lambai. Buih mengabarkan esensinya, ketika burung malah tertidur.

Saya tinggalkan Kuta malam itu, dengan buih yang masih memancarkan pesona berselimut kelam. Menuju Sanur, menjemput janji dengan pelacur cantik, yang tenggelam, berkubang dalam stigma.

__________________________________________________________

Kuta, 22.00 – 24.00 WITA

Paragraf terakhir tidak benar-benar terjadi, walau ingin hehe

Asal gambar

56 comments so far

  1. Rio on

    waduh..bahasa nya indah yaa…

    Goop:::
    haiyahhh…
    indah apanya? 😆
    …makasih bro…

  2. itikkecil on

    inginnya…. menyaksikan sunset di Kuta dan sunrise di Sanur…….. jadi inget, saya pernah bangun subuh demi mengejar sunrise itu….

    Goop:::
    yup, memang indah tante…
    tapi bagaimana dengan buihnya? 😀

  3. Dana on

    Baru sadar saya, ternyata buihlah sang pujangga itu.

    Goop:::
    hihihi…
    barangkali memang senyatanya begitu bang 😀

  4. aprikot on

    meski buih tak pernah menjadi essensi, tp saya malah selalu menunggunya, datang bersama ombak lantas mendarat ringan di kaki saya, mengapa?

    Goop:::
    saya mengucapkan selamat kalo begitu…
    karena dikau lebih cepat menyadari kehadirannya…
    :mrgreen:
    makasih ya

  5. tukangkopi on

    Buih
    Aku pernah terpesona akan putihnya
    lembut seperti kulit gadisku
    Gemas akan tingkahnya
    yang berlarian menyusul pasir-pasir sendu
    Lalu nafsu menarik-narik tanganku hingga bibir pantai
    kusambut sang buih..
    tapi dia sirna
    Benar saja, buih hanya pesona

    *mo komen aja kok ribet* 😆

    maaf ya, bro. latian ini..latian…

    Goop:::
    hihihi…
    itu keren bro… sungguh! :mrgreen:
    silaken saja kalo mau latihan

  6. alfaroby on

    gile… keren abis tuh bahasanya…
    unik banget dalam mengunkapkan keindahan alam

    Goop:::
    haiyah, hanya bertutur ko mas 😀
    eniway, makasih yak :mrgreen:

  7. Sawali Tuhusetya on

    Saya tinggalkan Kuta malam itu, dengan buih yang masih memancarkan pesona berselimut kelam. Menuju Sanur, menjemput janji dengan pelacur cantik, yang tenggelam, berkubang dalam stigma.

    wah, kata pelacurnya tidak diberi tanda petik, berarti beneran nih, hehehehe 😆 apakah pelacur itu juga termasuk buih yang tidak akan pernah menjadi esensi, mas goop. kalau memang demikian, maka seorang pelacur tidak akan pernah mampu menyelami hakikat kehidupan hingga ke ceruk samudra kehidupan. dia akan menjadi buih yang terus melayang-layang di atas permukaan laut. sepanjang zaman, sepanjang peradaban. *halah* narasi yang indah.

    Goop:::
    hihihi, ya memang pelacur beneran pak,
    hanya saya g kesana logh… 😆
    barangkali analogi saya terlalu dangkal, tapi bukankah memang demikian “sebagian” yang terjadi di sekitar??
    profesi purba ini, masih coba disembunyikan, ditutup-tutupi, padahal jelas terlihat selayaknya buih :mrgreen:
    -ah sok tau nih-

  8. edy on

    saya suka sekali dng laut
    tapi lebih suka menatap buih di pantai
    soalnya ga bisa brenang…

    Goop:::
    sama, saya juga hihihi 😳

  9. Abeeayang™ on

    sekarang jarang ke laut… 😦

    Goop:::
    kan di semarang ada to bee?? 😀

  10. stey on

    Wuaduuuhhh..yang paragraph terakhir kalo diwujudkan jangan lupa play safe yah…bwahahaha..*ditimpuk pake sandal*

    Goop:::
    yupe, makasih sarannya *hayah*
    :mrgreen:

  11. stey on

    oia..saya lupa saya juga suka banget sama pantai..terlalu cinta malah..

    Goop:::
    hohoho…
    segitunya yakz 😆
    sama saya juga kalo gitu…

  12. Andrew Anandhika Wijaya on

    karena buih selalu hilang setiap saat… umurnya pendek… walaupun kemampuan regenerasinya keren tapi seniman butuh sesuatu yang hidup lebih lama untuk ditangkap dan dijadikan rangkaian kata-kata gombal indah

    Goop:::
    wuah benar sekali tuan…
    barangkali memang karena itu…
    ih ini keren :mrgreen:
    seneng euy

  13. escoret on

    *pura2 ngerti*
    ohh..gitu..????
    hah.>??pelacur..????busett.!!!

    Goop:::
    hihihi…
    ada apa sobat?? 😛

  14. Andrew Anandhika Wijaya on

    yep… pelukis butuh nyiur yang tetap ditempatnya, melambaikan keindahannya untuk diabadikan dalam lukisan… penyair butuh camar yang selalu terbang di angkasa untuk menyampaikan syairnya… sementara buih yang selalu hilang dan terus berganti hanya bisa ditangkap esensinya oleh paman melalui post ini~~~

    *nulis nggak jelas karena laper lagi puasa*

    Goop:::
    *suit suit* diperjelas niyeee 😆
    lha jum’at2 ko puasa… puasa apa yakz??

  15. Abeeayang™ on

    iya sich…biasanya pagi2 ke laut amak si ayang…ngliatin matahari terbit…dan ngirup udara suegerrrrrr…..

    Goop:::
    wah…
    mesra kaleee hihihi 😀

  16. unai on

    saya suka buih, yang memecah kesunyian pantai…meski hilang tak membekas, tapi akan datang lagi dan lagi

    Goop:::
    barangkali ini yang lepas, dari tulisan saya…
    repetisi kedatangan dari pada buih ini 😉
    makasih ya, mengingatkan

  17. daeng limpo on

    asal jangan ngiler waktu tidur…aja uncle

    Goop:::
    apa dikira ilernya berbuih2??
    ah tuanku daeng ini logh 😳

  18. Andrew Anandhika Wijaya on

    masuk OOT mode…

    kebetulan saiyah puasanya tiap hari~~ termasuk kemaren saat banyak coklat berdatangan menghampiri 😦

    Goop:::
    kemaren>>> khusus puasa coklat ya tuan??
    😆

  19. Ina on

    buih…
    dikemas ceritanya dgn macam ini ternyata keren juga.
    good job,bro…!

    keren keren….
    😀

    Goop:::
    makasih kak, ini atas bimbingan kakak yg baik ko hihihi
    *peluk-peluk*

  20. maxbreaker on

    Buih itu menjijikan lo Om, klo kluar dari orang nyang epilepsi :mrgeen:
    saya juga ga suka lo da temen saya yang ngomong sampai berbuih(ngumpruk) :mrgreen:

    Goop:::
    hahaha…
    bisa aja nih si max 😆

  21. sandemoning on

    kalo ada tulisan buih, saya jadi trauma, inget saat mencuci baju, fyuuhh capek pakde..

    Goop:::
    hihi…
    nyuci sendiri??
    😆

  22. alfaroby on

    #haiyah, hanya bertutur ko mas…
    gile…. tulisan segitu bagusnya bilangnya cuman bertutur kata…
    coba kalau nulis puisi beneran.. perfect dech…

    Goop:::
    saya coba deh, haiyah 😳

  23. ulan on

    pelacur yang di kencani om goop waktu di kute: om goooooooopppp….
    kemaren kurang tuh… tambahin doooonnnkkk… eike kasih bonus dehhhhh…
    ya ommm yaaaa…. pliiiissss….

    Goop:::
    tambahin apanya nih??
    uangnya atau mmhhhmmm…
    hihihi 😳

  24. kumandigital on

    buih…udara yang terperangkap dalam air…blup blup….

    Goop:::
    hohoho…
    seperti perangkap ya mas…
    btw, blog dikau ko g bisa di akses sih bozz??
    ah ya pa kabar euy??

  25. funkshit on

    ah sepertinya saya lebih menyukai ombak yang bergelombang dan bergulung2 daripada buih2 nya

    Goop:::
    hehee…
    saya pun, tapi alangkah akan lebih indah bila ombak bisa lengkap dengan buihnya 😀

  26. nico on

    baliii? balii. balii…
    😀

    Goop:::
    jogja.. jogja..
    >> nico emang paling bisa hahaha

  27. raddtuww tebbu on

    buih,, buih,, buih,, (baca: bweh,, bweh,, bweh,,)
    keren sekali tulisannya paman!!!

    Goop:::
    hanya bertutur saja ko mbak,
    makasih yakz 😀

  28. ponakan on

    waduh…. saya binun menjabarkan kalimat2 akhirnya…unc…

    Goop:::
    mana yang bingung??
    😆

  29. Nazieb on

    hohoho.. di jakarta juga banyak buih paman..

    banjir!!!!!

    Goop:::
    hihihi…
    semoga cepet kelar ya zieb 😀

  30. deethalsya on

    akh, dt jd kepengen ke pante nih..
    *ngarep ada yg ngajakin* xp

    Goop:::
    lha ke parisnya jadi ga?? 😆

  31. rumahkayubekas on

    Ada untungnya juga kali uncle goop ngga bisa berenang.
    Jadinya kan sunrise, sunset,buih bisa lama- lama dipandang,
    Ditambah juga yang lain, Jadi deh bahan buat di karang,
    Kalo ngga, ntar cuman cerita nyiurnya aja yang katanya bergoyang,

    Goop:::
    eh iya nih kang
    enak kalo mau mandang
    jadi bisa puas, kalo mau nendang
    hihihi…

  32. Mihael "D.B." Ellinsworth on

    Pengumbar cinta pasca Seorang Saint menyebarkan kasih sayang pada tanggal 14 Februari ?

    Goop:::
    pengumbar cinta??
    saya kurang begitu ngerti… 😀

  33. jiki on

    om goop gag bisa berenang??
    jah
    *padahal mo diajakin*

    Goop:::
    saya bisa ko,
    khusus untuk jiki hihihi 😀

  34. Moerz, anaknyaCHIWygdiadopsiADIT&NIEZ on

    wah om germo….

    Goop:::
    hyaduhhh apa pula ini moerz… ???
    :mrgreen:

  35. Goenawan Lee on

    Di Bali nemu om Antokbil?

    Goop:::
    ngga Gun…
    barangkali kita beda tanggal 😀

  36. adit-nya niez on

    Ada skrinsut lainnya gak paman?? :mrgreen:

    Saya tinggalkan Kuta malam itu, dengan buih yang masih memancarkan pesona berselimut kelam. Menuju Sanur, menjemput janji dengan pelacur cantik, yang tenggelam, berkubang dalam stigma.

    Beneran juga gak apa kok paman… 😆

    Goop:::
    huhu, mesti skrinsyut 😀
    kalo beneran, saya masih mengumpulkan keberanian dit hehehe :mrgreen:

  37. iman brotoseno on

    buih tak pernah salah..yang salah manusia yang terlalu menyederhanakan permasalahan..
    eh..ceriita paragraf terakhir disambung lagi dong..

    Goop:::
    hahaha, paragraf terakhir…
    g pernah terjadi mas, jadi bingung nyambungnya kekeke
    btw, makasih mas utk respon di baris pertama

  38. zal on

    ::sungguh aku pernah bertanya kepada buih, mengapa kau diumpamakan “sebagai ummat yang banyak..” dan dia berkata…aku juga lautan koq…, akh kau jangan bercanda… lalu dia menghilang dalam ombak dan muncullah buih baru…, dan ku tak mengenalnya… 😆

    Goop:::
    wah keren sangat…
    lagi-lagi, sebuah sudut pandang yang baru…
    makasih tuan

  39. cK on

    kalo buih sabun, cantik ga? 😆

    Goop:::
    tergantung yang mandi kalo itu kalii ya :mrgreen:

  40. sitijenang on

    buih adalah karma sang ombak… *jaaaah* :mrgreen:

    Goop:::
    saya g ngerti artinya,
    tapi sepertinya keren 😀

  41. blu3shoes on

    kalo buih sabun mandi cair mungkin cantik dan wangi lagi…
    heheheheheeh………….

    Tapi bener2 dah, untaian kata yang penuh esensi

    Goop:::
    saya pun pake sabun cair, lebih encer 😆
    *hayah* opo iki hihihi
    makasih yak

  42. aRuL on

    wuih indahnya bali… 🙂

    Goop:::
    begitulah 😆

  43. annots on

    wah paragraf terkahir memang ndak terjadi wong dapetnya dah di kota sendiri *cekikikan* sampean yang nawari saya kemarin toh? *dihajar paman goop*

    Goop:::
    yup, dan sampeyan bingung…
    saya pun…
    😆

  44. alfaroby on

    beneran di coba ya…
    aku tunggu loh…

    *nunggu*
    *sambil makan*
    *ngantuk*
    *tidur*
    *ngimpi*

    Goop:::
    benernya sudah bro, namun ga banyak,
    ada ko di rumah saya yang lain hihihi
    silaken dicari sendiri yakz… :mrgreen:

  45. Cabe Rawit on

    Aer liur ane sampe berbuih-buih begini ngebaca tulisannya paman Goop… :mrgreen:

    Ah… yang dipandang kecil kadang dianggap sepele, kagak diperhitungkan, dan kagak dianggap apa-apa. Seperti helaan nafas, detak jantung, putaran darah… semuanya seringkali kita lupakan, padahal kita hidup karena semua itu… 🙂

    Goop:::
    juga seperti cabe rawit 😀
    kecil tapi pedez hehehe
    -salam pedez dari ane-
    *pinjem salamnya bentar yakz*

  46. Andrew Anandhika Wijaya on

    buih itu… mengigatkan saiyah pada kisah tragis si putri duyung dan kelima saudarinya…. makanya saiyah nggak suka buih… it’s ruin my childhood… soalnya saiyah baca baladanya wktu kelas satu sd… benar-benar balada yang bisa mematangkan anak kecil sebelum saatnya…

    Goop:::
    lha dikau sih tuan…
    bukannya mainan kelereng malah baca hehehe
    trim’s 😀

  47. Ersis W. Abbas on

    Keren … aku belajar bahasa yang begini ya

    Goop:::
    hihihi…
    apa tidak terbalik pak?? 😀
    makasih ya pak :mrgreen:

  48. almascatie on

    kayaknya buih harus berterima kasih pada angin

    Goop:::
    sepertinya memang begitu bang 😀

  49. duniaichigo on

    buih, begitu mempesonaku..
    terpikat pada indahnya..
    tapi sayang lalu menghilang..

    Goop:::
    selamat kalo begitu,
    anda berhasil menjadi saksi,
    tidak seperti saya yg agak telat 😀

  50. gempur on

    selalu saja aku tertegun dengan kata-kata yang meluncur dari pena anda mas goop.. salut.. sampean

    Goop:::
    hahaha….
    makasih ya pak 😀

  51. fauzansigma on

    buih…
    well, itu dia Bung… buih speti golongan marjinal yg dilupakan oleh kenyataan .. hal ini juga terjadi pada masyrakat kita Bung, golongan marjinal..lagi2 menjadi korban
    *ga nyambung yah?*

    Goop:::
    hahaha…
    memang barangkali seperti itu senyatanya tuan,
    makasih 😀

  52. pelangi nurani on

    jadi ingat sebuah kalimat dalam sebuah lagu lama “buih jadi permadani”… hiihii ga nyambung yah.. tapi, saya cukup suka dengan buih karena saya sangat suka dengan pantai 🙂

    Goop:::
    saya kurang piknik mungkin 😛
    ko belum pernah denger lagu itu yakz??
    saya pun suka pantai :mrgreen:
    makasih

  53. Andrew Anandhika wijaya on

    selalu saja aku tertegun dengan kata-kata yang meluncur dari pena anda mas goop.. salut.. sampean

    pena apa keyboard sih…???

    mana apdetannya…??? mana…???

    Goop:::
    sabar donk :mrgreen:

  54. otakiphan on

    kangen rumah… bali i miss u!

    Goop:::
    oh, memang rumahnya di Bali??
    terima kasih untuk semua pengalaman yang saya dapat disana…
    kapan-kapan mungkin akan kesana lagi… 😀

  55. qzink666 on

    Buih bir memang mempesonakan, bro.. Apalagi sambil ditemani pelacur cantik.. 😀
    *ditajong karena OOT*

    Goop:::
    saya lupa, ada yang lebih ahli masalah beginian
    hihihi :mrgreen:

  56. detnot on

    wah, paragraph terakhir menarik sekali jeng, ada pelacur2 gitu 😀

    Goop:::
    ah, dikau ko fokusnya kesana sobat :mrgreen:


Tinggalkan Balasan ke qzink666 Batalkan balasan