Percaya
Matahari tidak pernah takut menitipkan cahayanya pada rembulan. Matahari percaya, rembulan tidak akan korupsi barang sedikitpun. Cahaya matahari akan dipantulkan, menerangi mereka yang berada dalam kegelapan, menjadi pelita bagi mereka yang membutuhkan cahaya. Perpaduan rembulan dengan gemintang, akan menghiasi langit malam, menjadi inspirasi bagi para pecinta menemukan kata-kata paling romantis. Sebuah peran yang tidak terlalu penting bila dilihat dari sudut pandang nelayan, karena bukankah nelayan menggunakan rembulan dan gemintang sebagai penunjuk arah?
Katakanlah apa yang dipancarkan matahari, kemudian dipantulkan rembulan itu adalah kebenaran. Benarkah apa yang dilakukan rembulan? Mewartakannya kepada seluruh dunia tentang kebenaran itu? Peran rembulan memang laksana cermin. Bening, jernih tanpa uap yang memburamkan, sehingga cahaya matahari bisa terpantul dengan sempurna. Bila ada penghalang, itu pun bukan dari rembulan, paling-paling awan usil yang menyembunyikan cantiknya rembulan. Saat rembulan mencapai purnama, bukankah kebenaran cahaya akan terpampang, polos dan telanjang?
Manusia di lain pihak, sedikit unik. Perannya bisa berubah-ubah menjadi rembulan dan matahari. Satu ketika, saat dia menjadi matahari akan dititipkannya kebenaran kepada rembulan. Bersama dengan itu, ada harapan agar rembulan bisa menjaganya dengan baik. Tapi rembulan ini beragam ternyata. Beberapa, akan meyimpannya dalam gelapnya umbra dan penumbra. Satu saat, akan menjadi cermin, sehingga kebenaran yang dititipkan itu akan terpampang, polos dan telanjang.
Masalah menjadi tidak sederhana, karena beberapa kebenaran itu memang untuk dikomsumsi khalayak. Tapi tidak semua, karena beberapa bagian kebenaran yang lain, diharapkan bisa dijaga rapat-rapat.
Rahasia hati seekor pungguk yang dititipkan pada burung hantu, tidak untuk disebarluaskan. Cinta pungguk pada rembulan adalah sebuah penantian panjang, seperti rindu yang tidak terungkapkan. Dipandangnya rembulan dengan penuh kerinduan, seperti musafir di gurun melihat fatamorgana air di kejauhan.
Burung hantu yang kasihan mencoba mengerti apa yang dirasakan pungguk. Tapi sayang, burung hantu tak bisa menjaga mulutnya, tiap malam diberitakan kerinduan pungguk pada rembulan, maksud hati mungkin ingin membantu. Sebuah kesia-siaan karena pungguk tak pernah mengharap bantuan. Harapan terbesarnya adalah melihat rembulan yang cantik, setiap malam. Apa yang dilakukan burung hantu, membuat mayapada sadar, ada kerinduan yang menggelikan dari seekor pungguk. Sebagian mencibir, sebagian menertawakan, beberapa menghina. Pungguk menjadi tidak bebas untuk memandang rembulan, dia malu, dia takut, dia bersembunyi, dan wajah cantik rembulan hanya ada dalam kenangan.
Kepercayaan, bukanlah hal yang mudah. Tak jarang beberapa gelintir sahabat enggan menitipkan kepercayaannya, ada ketakutan di sana. Khawatir bila dunia mengerti apa rahasia yang tersimpan di relung hati terdalam. Karena rahasia, tak pernah menjadi rahasia saat dua orang mengetahuinya.
Tabungan kepercayaan, adalah sebuah amanah. Seperti bank, yang akan menjaga uang nasabah dengan sedikit memberikan bunga. Tabungan kepercayaan yang dititipkan orang lain kepada kita, adalah sesuatu yang seyogyanya bisa kita jaga dengan baik. Mungkin juga bisa diambil sedikit demi sedikit, tapi adakalanya kita lupa. Emosi sesaat, euforia sesaat, kelepasan bicara, benci, mungkin juga amarah memicu lupa itu. Kita ambil seluruh tabungan kepercayaan orang lain kepada kita, tiada sisa sedikitpun. Akibatnya adalah hilangnya kepercayaan orang lain itu kepada kita.
Memperoleh kepercayaan itu tidaklah mudah katanya, menjaganya apa lagi. Terkadang enggan menerima kepercayaan bila khawatir tidak mampu menjaganya. Masih lebih baik, dari pada sudah menerima kepercayaan, namun membukanya pada semesta.
Terbukanya sebuah kebenaran yang seharusnya ditutup, bisa berarti banyak hal. Terputusnya sebuah ikatan percintaan, terhentinya persahabatan adalah beberapa yang bisa disebutkan sebagai contoh. Suasana yang tidak nyaman, canggung, kikuk, seperti dua orang yang baru saja bertemu, barangkali bisa juga terjadi. Menjadi pembenaran, sebuah kisah pembunuhan yang paling tragis, adalah contoh lain yang semoga tidak terjadi.
Apakah saya bisa menitipkan rahasia terbesar saya kepada anda? Apakah kepercayaan yang akan saya tabung, akan anda jaga dengan segenap jiwa raga anda?
__________________________________________________________
Jembatan Golden Bridge begitu indah malam itu. Aku berdiri di sebuah tiang penyangga. Memandang kemilau sungai yang tertimpa cahaya rembulan. Aku lupa, bahwa rembulan di atas tak kalah indah. Saat ku sadar, kudengar suara memperingatkanku dari bawah.
Teman-temanku berteriak, memberikan peringatan bahaya yang mengancamku. Ternyata aku berdiri di tempat yang begitu tinggi, tanpa pengaman, tanpa pelindung. Bagaimana aku harus turun? Jangan tanya bagaimana aku naik, karena aku pun kebingungan seperti juga teman-temanku.
Keberanian yang tinggal secuwil kupaksa. Kuberanikan diri untuk melompat, bukan ke arah sungai, yang akan menelan dengan derasnya arus. Aku meloncat ke arah teman-temanku, karena kupercaya, mereka tidak akan membiarkanku jatuh terantuk aspal. Terima kasih sahabat…
__________________________________________________________
Postingan ini hasil racikan dari “smalville” episode beberapa hari yang lalu. Sebuah adegan film “don’t talk to stranger”. Kitab : seven habit “Stephen Covey”, dan tak lupa terima kasih kepada Gita yang meminjamkan “umbra dan penumbra” kata yang hilang dari otak saya. Akhirnya, selamat menikmati…
Seperti kutipan diatas, Saya lebih baik menyimpan Rahasia terbesar dalam diri sendiri saja. Dan saya tidak ingin membebankan rahasia tersebut pada Seseorang dengan mempertaruhkan Kepercayaan dan Ikatan Silaturahmi. 😉
Goop:::
sebuah usaha yang bagus, dan terima kasih untuk quote yang begitu hebat
wew. … jadi bukan yang gampang yak mas goop mencari sebuah kebenaran itu? kalau toh bisa terungkap, bisa jadi kebenaran itu pun sulit dipertahankan. karena kebenaran sejati itu hanya *halah, sok relgius* menjadi pemilik sang pencipta rembulan dan matahari. yup, tiba2 saja saya teringat ajaran asthabrata, 8 ajaran yang diajarkan begawan kesawasidhi kepada arjuna dalam jagad pakeliran. dua di antara anjaran itu adalah bahwa orang yang bijak sebaiknya yang bisa bersikap seperti rembulan dan matahari. rembulan bisa menerangi kegelapan hati orang2 yang sedang sakit, sedangkan matahari, kita mesti sanggup menghancurkan sikap2 tamak dan serakah. tapi kok saya masih belum paham, benarkan matahari itu menitipkan kebenarannya pada rembulan, atau sebaliknya? *halah, lage ndak nyambung nih komennya, hehehehehe 😆 *
Goop:::
maaf pak, pemahaman saya yang secuwil menyimpulkan bahwa memang matahari menitipkannya pada rembulan, karena matahari percaya pada rembulan itu tadi hehe 😀
Matahari dan bulan, analogi yang mantap!!
Btw, maaf Paman, saya bukan penjaga rahasia yang baik…. 😦
Goop:::
sukurlah, saya belum sempat menitipkan rahasia padamu Zieb hihi…
*kidding*
sama, saya pun bukan 😉
Paragraf 1,2, 4, dan 5 CEMERLANG!!
Ntar komen lagi. Mo meresapi dulu…
My Master is BACK!! 😀
Goop:::
👿
>> tengkyu 😀
bentar..mo nanya dulu. burung pungguk sama burung hantu itu beda tho? terus kenapa burung hantu ngasih tau bulan kalo pungguk merindukannya? emang ada dongengnya?
maafkan diriku yang bodoh ini…
Goop:::
eh…. hihihi
apa saya yang salah ya yud, ternyata mereka sama ya?
so enaknya dibikin apa ya?
apa burung hantu diganti pohon?
*ah saya lebih bodoh*
burung hantu itu seperti si A, dan pungguk adalah si B, keduanya sejenis, yang hendaknya saling membantu, tapi apa yang terjadi kemudian adalah, seperti yang kau baca
dan tidak harus selalu dan sesuai dengan dongeng bukan?
hehe..mungkin lebih baik kalo diganti pohon. ranting-ranting pohon yang menjulur ke bulan itu yang mengkhianati si pungguk. ato apalah..terserah..
eh, gw salah..yang cemerlang itu paragraf 1,2,5 dan, 6. indah..gak bosen bacanya…
Goop:::
ntu uda dikasih feed back yang tulisannya miring nurut kamu gimana?
hoho….gw sebenernya tadi juga mikir gitu. tapi mosok karya bagus2 pake tulisan burung hantu A dan burung hantu B.. 😆
enggak harus sesuai dongeng memang. makanya gw nanya, barangkali ada dongeng tentang “bagai pungguk merindukan bulan” yang belum pernah gw denger…
Goop:::
nah inilah dongeng itu yud *ditabok*
ah biarlah seperti itu saja, semoga sahabat yang lain sadar kebodohan saya ini,
dan biarkan tertulis seperti itu, menjadi prasasti khilaf dan lupa 😛
makasih lho boz, atas pengamatannya brilliant
Kalo saya sih menanyakan seberapa bisanya saya dapat mempercayai diri sendiri untuk menampung bagian tergelap dari saya. 😀
Goop:::
ah dikaulah pendebat diri terbaik itu Bang
sembilanax
hayah
kok dibuat2 kayak kalo komen pertama jadi pertamax
nyampah dulu yo mas uncle paman goop….
Goop:::
*dorong pak beratz, ke sungai* 😆
Tuan, hamba terkadang hanya menjadi sesosok pembual yang membunuh sebuah kepercayaan.
Goop:::
🙄
Matahari pasti takut menitipkannya pada anda dan saya? apa sebab …karena Roy Suryo sudah mengatakan kalau blogger itu tukang tipu. Sementera beliau kan bisa membedakan mana cahaya sungguhan dan mana yang bias. Apalagi Matahari Swalayan sudah pasti takut menitipkan gudangnya …..?wakakakakk
–terlalu dalam nyelemnya akhirnya jadi nyeleneh…!!!—-
Goop:::
hahaha, tuanku daeng digelisahkan juga dengan beliau ya?
sudah lah pak biarkan saja, kita bercerita tentang lautan, rembulan dan bintang saja bagaimana?
Menitipkan kepercayaan akan rahasia pribadi sama halnya menitipkan sebagian dari diri kita pada org-org itu. Tapi saya lebih senang untuk menyimpan Rahasia saya sendiri, dan tak ingin diserahi amanah utk menyimpan rahasia org lain. Pertanggungjawabannya berat jika tiba-tiba saya menjadi Si Burung Hantu.
*kalau dikau percaya padaku….ceritakanlah apa yg menjadi rahasiamu*
Goop:::
katanya ga ingin diserahi amanah Na?
Maaf OOT nih, bro..
Serius, saya mau tanya.. postingan ini di pasang sebelum atau sesudah kita chatting tadi, bro??
Kok, kaya ada korelasi yang tak kasat mata antara keluh kesah saya tadi dengan tulisan ini yak??
Atau saya yang emang kegeeran aja??
Btw, kan kujaga kepercayaanmu sekuat yang saya mampu, om.. 😀
*ditajong karena OOT panjang-panjang*
Goop:::
hahaha… terima kasih,
ini sudah nampang semenjak pagi tadi kaleee…
kepercayaan itu seperti nyawa. menggantungkan kepercayaan sama orang lain sama juga menggantungkan nyawa kita di pundak orang lain. terus ketika pundak orang lain sudah cape … lalu nyawa kita tercecer begitu saja …………..
ga kebayang
Goop:::
ah andai saja kepercayaan dilihat macam itu, tentu akan dijaga betul hehe 😀
terima kasih untuk sebuah analogi yang cerdas ini
sweet
betewe om, cuman mo bilang, matahari tak menitipkan seluruh energinya kepada rembulan 😉
mungkin itu sebabnya dia percaya rembulan takkan mengkorupsinya
intinya, bagi aja secara proporsional, jangan seluruhnya..
*ditabok om goop*
Goop:::
setuju sepenuhnya 😀
@qzink
baca koment qzink….. *ngakak guling2*
curhat lagi ni yee
*dilemparin empek2*
eh ki, dah balik ke palembang???
pulang … ayo pulang…
Goop:::
-ups, no comment-
Oh, gituw ya, om?
Eh, burung hantu juga gak salah kok, sapa suruh pungguk merindukan bulan, hehehe..
Kan si Gibran pernah ngomong; Jika kamu membuka rahasia-rahasiamu kepada angin, kamu tidak boleh menyalahkan angin karena membuka rahasia-rahasiamu kepada pohon-pohon.
Goop:::
lha yang bilang burung hantu salah siapa?
hahaha…
*tendang Qz…*
@jiki
minta digampar, he??
Btw, kenapa sih nanyain saya pulang mulu?? Ngebet pengen kopdar sama si tampan ini ya??
Goop:::
wew, sang suami mare mare…
aih, ada tebar pesona juga hihi 😛
sori komennya di edit dikit bold-nya
@ qzink
berani gamparnya?? 😛
bukan apa-apa, solae kesian tuh temen2 mu pada. Hargailah mereka, dan kembalilah ke habitatmu
Ngebet pengen kopdar sama si tampan ini ya??
ajip… keknya ni anak narsis stadium mampus
sadar ki..sadar…
Goop:::
wah lihat aja deh sodara-sodara, percakapan mesra khas rumah tangga hihihi
*nonton sambil makan kwaci* 😆
duh namaku ga bisa diklik ya? ulangi lagi deu, biar bisa diklik.hahahahaha
Goop:::
whatever 👿
Lah, Qzink ama Jiki itu suami istri toh? *manggut manggut*
*kabooor diam-diam*
Goop:::
kalau menurut dikau bagaimana Bang, melihat pertengkaran yang begitu mesra itu hihi
😆
*piss bro n sist*
semoga awan hitam tidak menutupi rembulan …
( comment’ku ga nyambung ya paman ??? )
Goop:::
yupe, semoga begitu sobat
karena bila itu yang terjadi, kecantikan rembulan akan tersembunyi 😀
“Matahari itu rela berkorban. Saat malam datang, cahaya bulan yang indah hanyalah pantulan cahaya matahari, tetapi saat semua makhluk mengagumi bulan siapakah yang ingat kepada matahari. Matahari rela melupakan jasanya kepada bulan atas cahaya yang ia berikan, walaupun ia sendiri tidak dapat menikmatinya. Inilah contoh pengorbanan, menyakitkan namun sangat layak untuk cinta.”
Salam
-fikriw-
Goop:::
kemudian percayanya gimana?
hehe, mungkin berkorban untuk episode selanjutnya kali ya, tapi terima kasih mas, sebuah ide baru nih
-salam-
dan terkadang manusia selalu berada di sisi gerhana… 😐
Goop:::
ngapain ya kira-kira di sana?
gelap kan bro di sana hihi
😀
saya percaya anda mas goop! anda bukan tukang tipu seperti yang dikatakan oleh mas roy suryo tentang bloger.. saya percaya anda bahwa anda adalah matahari yang setia dan rembulan yang amanah.. utk itu bantu meringankan keresahan saya…
Goop:::
hahaha…
kita sama-sama ya pak gempur 😉
oya, ada pe-er dari p sawali kan pak? 😛
kepercayaan itu amanah..
susah utk megang amanah, gak semua org bs ngelakuin-a.. 🙄
Goop:::
amanah enak ga dt 😆
*dipecut dt*
jadi ketika kita sudah mempercayakan kebenaran diri atau kebenaran apapun itu kepada seorang kawan, maka jadilah kita matahari.. dan kawan kita adalah bulan.. dan bulan selalu dapat dipercaya utk selalu proporsional dalam mengatakan kebenaran itu .. smoga saja kawan2 kita sperti bulan
Goop:::
sepertinya bukan kawan yang diharapkan seperti bulan,
namun bisakah menjadi mentari baik, yang bisa memilih bulan yang tepat?
*jangan sampai malah datang bulan yakz, hihi 😀 *
saya mah orang nya susah percaya sama orang lain, abis dah trauma c…
Goop:::
😦
ah, menitipkan rahasia itu pake fee penitipan bukan Paman?
kalo gitu, saya mau deh, dititipin rahasia…mayan buat nambah uang saku
soal servis…dijamin okelah…
Goop:::
kebetulan kemaren sudah diservice…
jadi terima kasih 😆
Matahari dan rembulan. dua2nya memberikan cahaya kepada dunia. bekerja dengan disiplin. menyerahkan kekuasaan masing2 dengan lapang dada. bila dunia hanya ada matahari saja maka ia tak akan seimbang begitu juga sebaliknya.
batewei, saya selalu kagum dengan tulisan paman yang indah.
yupe, menjaga kepercayaan tidaklah mudah. memperolehnya pun tak ngampang. satu kepercayaan butuh pertanggung jawaban.
Goop:::
bgitulah ci 😉
makasih ya, dan selamat datang kembali hihi
paman, saya tidak mudah percaya dengan orang lain ……
terlalu sering saya dikhianati oleh orang yang saya beri kepercayaan.
*kok jadi curhat di sini ya?*
Goop:::
wah ini tante kenapa jadi pake paman-paman ya?
😆
*bukan jawab pertanyaannya hihi*
sayah bukan penitipan !!!
Goop:::
wah, tenang jendral…
siapa yang menganggap jendral tempat penitipan?
kurang ajar banget itu orang?
gyahahahaha 😆
Kalo boleh saya utarakan tentang rasa percaya saya, saya lebih percaya yang real, ketimbang lainnya.
Goop:::
hihi…
silakan saja mas, barangkali itu lebih nyaman yakz
konon katanya yang paling sulit adalah menjaga kepercayaan, itu sebabnya orang banyak berahasia dan membiarkan kebenaran ada di luar sana untuk diungkapkan oleh alam semesta. kalau sudah begitu, lantas percaya itu apa?
weks ‘Gita’ ah nama yg sama rupanya 😀
Goop:::
barangkali saat membenarkan, kebenaran yang diungkap oleh semesta…
oh gita juga ya, hihi…
menjaga kepercayaan memang paling sulit jeng
sesulit mendapat kopyokan arisan bulan ini
Goop:::
hihi…
ah tapi saya percaya, kita akan arisan di tempat sepupumu itu lho jeung 😆
kapan nih?
Menjaga amanah adalah kewajiban
Goop:::
yupe, setuju…
😀
Ada satu hal yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya, yaitu akal. Dengan akalnya, manusia bisa memilih untuk menjadi cermin yang memantulkan kebenaran secara telanjang, atau menjadi tempat sampah yang menampung semua buih kehidupan. Sayangnya, kepentingan sering membuat manusia menjadi buta, akhirnya menjadi koruptor atas kebenaran yang diberikan Tuhan kepada alam semesta. Terkadang manusia juga menjadi “cermin air” yang bisa membiaskan kebenaran demi kepentingannya… terimakasih telah memberi pencerahan paman
Goop:::
kepentingan kata kuncinya ya tuan sande? 😀
ah, terima kasih untuk tambahan informasinya ini
apa yang dimaksud cinta ialah percaya…
*sumpah baru sekarang tau kalo burung hantu sama pungguk itu ternyata beda!*
Goop:::
hihi, lihat koment-koment awal deh, itu memang kealpaan saya ko diaz 😀
makasih yak
Aslkm……..Subhanallah, tulisan yg menggetarkan hati, menghentakkan jiwa, perenungan yang mendalam, mempunyai gaya bahasa sastra yg halus dan runut.
tengkiu mas atas pencerahannya ini.
oiya salam kenal mas dari saya olangbiaca.
Goop:::
eh salam kenal juga olangbiaca, ah saya hanya mencoba bertutur, terima kasih atas apresiasi yang diberikan. semoga bisa memberikan kesadaran kepada kita semua yakz
oya, bila ada kritik dan saran sangat ditunggu ya…
terima kasih bisa mempercayai kamu Goop..
percaya emang susah..butuh banyak hal buat kita percaya sama orang lain..
Goop:::
seperti tabungan dan menabung kan mbak, ada prasarat yang harus dipenuhi terlebih dahulu.
dan terima kasih, bisa dipercayai yakz hihi
mem-percaya-i tidak semudah untuk di-percaya-i kok bro, tapi percaya-lah ketika kita harus percaya, jaga-lah ketika kita harus men-jaga ke-percaya-an itu.
Goop:::
yupe, menjaga kepercayaan.
namun saat harus percaya itu Bang, bukankah itu tidak mudah?
mudah2an saya bisa jadi kepercayaan seseorang 🙂
Goop:::
amien…
wuihhh……mak jleb di hati 😀
kenalken, saya tetanga baru. halah :p
Goop:::
hihihi… simbok
padahal saya juga udah sering baca-baca tempatnya simbok 😀
salam kenal juga ye *salaman*