MieAyam
Kata sahabat saya yang tukang makan, mie ayam bisa disajikan dalam dua cara. Cara pertama adalah dengan dipisah antara kuah dengan mie-nya, kemudian cara kedua dicampur antara mie dengan kuahnya. Anda suka yang mana?
Selera anda bukanlah urusan saya, silakan saja anda memilih baik yang dipisah atau dicampur. Ini masalah kebiasaan saja bukan? Tapi kalo saya lebih memilih yang dicampur. Lidah saya menerjemahkan mie ayam yang dicampur ini sebagai sedap; enak; mak nyuss. Kerongkongan saya beda lagi, mie yang dicampur ini, diterjemahkan sebagai mudah lewat. Kalau perut saya, menunjukkan reaksinya dengan diam; tenang; tidak memberontak, atau singkat kata menerima dengan pasrah.
Mie ayam yang dipisah cara penyajian, antara kuah dengan mie, menurut saya sedikit berbeda. Tidak pada bahannya, namun pada rasa yang dihasilkan. Pak Bondan, yang biasa berkeliling icip sana; icip sini itu, mengatakan bahwa pada setiap masakan ada jiwa. Nah, jiwa masakan inilah yang kemudian menggerakkan melodi-melodi syaraf pencecap saya di ujung lidah. Saat memakan mie ayam yang dipisah ini, seperti mendengar nada sumbang, ada yang kurang pas, jiwa yang kurang hingga akhirnya menjadi tidak nikmat.
Mie ayam yang disajikan bersama kuah itu, barangkali telah mengalami masa pembauran antara mie dengan kuah yang lebih lama. Paling tidak dari gerobak, kemudian dibawa si abang sampai di meja tempat kita duduk. Antara mie dengan kuah, telah berkenalan cukup lama, sehingga bisa padu, dan sukses menggerakkan syaraf-syaraf nikmat. Lain halnya dengan mie ayam yang dipisah, percampuran antara kuah dengan mie hanya sebentar. Saat sampai di meja, dituang kuah ke dalam mie, kemudian dicampur, dan dimakan. Sepertinya ada yang terlewat, masing-masing bahan kaget, dan mempertahankan jati dirinya sendiri. Ada batas di sana.
Batas itu, terkadang begitu kuat, sehingga bahkan kecap, saus dan sambal tidak dapat mempengaruhinya. Namun, satu saat dengan takaran yang pas, jumlah sambal, tetesan kecap dan saus, sebuah mangkuk mie ayam, akan terasa nikmat entah dipisah atau dicampur. Oya, harap jangan lupakan juga dengan kekenyalan mie, karena mie yang dicampur akan lebih lembut, dan sebaliknya dengan mie yang dipisah, sedikit lebih kenyal dan keras.
Anggaplah Amerika yang begitu luas; adijaya, dan makmur itu sebagai warung mie ayam. Bukankah saat ini di sana sedang disibukkan dengan dua jenis mie ayam? Kalau disederhanakan, ada mie ayam yang dicampur dan mie ayam yang dipisah, sedang bertanding di Amerika sana. Seru sekali, karena pengunjung warung sibuk memilih-milih. Bahkan gaungnya, sampai kepada penonton di sini, yang pernah disinggahi mie ayam yang dipisah itu.
Khusus untuk penonton yang awam seperti saya, saya justru jatuh cinta dengan yang dipisah. Lagi-lagi dalam pandangan awam saya, saya mengharapkan ada yang baru, yang bisa ditawarkan, dari yang dipisah ini. Melodi kebencian, ketakukan dan pencarian musuh yang selama ini dinyanyikan, sepertinya sudah mulai sumbang, dan ketinggalan jaman. Butuh sesuatu yang baru, seperti R and B, ada gabungan di sana. Logikanya, sebagai yang pernah dipinggirkan, tentu akan tahu dan mengerti bagaimana rasanya dikeluarkan dari percaturan; diabaikan; dimusuhi.
Batas dalam Negara demokrasi seperti di Amerika ternyata masih ada, berakar kuat bahkan. Tentu tabu mengangkat rasialisme dalam pertarungan yang begitu sengit, namun terbuka seperti itu. Bisa-bisa dunia akan tertawa, namun jujur atau tidak, batas itu ada. Mirip dengan garam yang tidak kelihatan, namun membikin mie ayam asin.
Tunggu! Saya ini melihatnya terlalu jauh nun di sana. Bagaimana dengan batas di sini? Sudahkah kecap, saus dan sambal tercampur sempurna, memberikan rasa yang nikmat? Menjadi komposisi beragam alat music yang syahdu? Atau, kalaupun batas itu ada, namun indah seperti horizon?
Bang, mie ayam satu, dicampur aja ya!
__________________________________________________________
Terima kasih untuk Siwi, karena perdebatan mana yang lebih enak itu, menjadi ide dari tulisan ini.
hm…memang mas goop ini ya..membicarakan mi ayam aja bisa sebegitu indahnya..
keren..
klo saya, saya suka semuanya, baik mi yang dipisah ataupun dicampur. apalagi jika ditraktir
tapi selera orang memang berbeda, namun perbedaan itu menjadikan kita indah bukan? semestinya menjadikan kita juga bisa lebih kuat dan harmonis.
dan semoga proses demokrasi di Amerika sana memberikan angin baru bagi dunia kita. Yang jelas, saya tak mendukung madam clinton 😀
Goop:::
perbedaan yang membuat indah teh,…
benar sekali, sepakat 😀
Hooo.. jadi Amerika itu pengekspor mie ayam yah?
*ndak fokus..
Ah ya, masak habis Bush ganti Clinton ganti Bush trus ganti Clinton lagi? Bosen!!!
Goop:::
eh iya juga ya, amerika ternyata juga menganut nepotisme bro
hihihi
kalo aku suka yg dicampur paman, tapi waktu ngrebus mie jangan terlalu lama. jadi setelah sampe dimeja saya, tingkat kekenyalannya pas. tidak lunak juga tidak kenyal. dan aku tidak begitu suka dengan saos dan kecap. jadi polosan aja sesuai rasa kuah aslinya. baru ketika aku rasa kuah tersebut kurang sreg dilidah yg diteruskan keotak saya, aku baru mencampur dengan saos dan kecap. dengan komposisi dan porsi yg pas, niscaya akan menyebabkan rasa serta aroma yg menarik selera. bukankah hampir sama dengan musik paman ? berbagai jenis alat musik kalo digabung dengan porsi dan komposisi yg tepat akan menghasilkan harmoni yg brilian. tapi menurutku juga perlu diingat, selera manusia berbeda – beda dan pola mereka juga berbeda – beda pula. tergantung pandai – pandainya kita menyelaraskan apa yg ada.
kapan2 aku dijak beli mie ayam sambil denger R n B di amrik sono ya paman. trus kita kesono jalan kaki sambil menikmati suasana senja ato naek komotra paman ???
*ditabok paman* 😀
Goop:::
menjelma menjadi ponakan saya apa? hohoho
😆
mungkin amerika akan segera pensiun dari jabatannya sbg polisi dunia? 😆
Goop:::
kira-kira berapa gaji yang pantas? 🙄
mie ayam?saya lebih suka bakso..
tapi gambarnya kok ga nyambung ya?
Goop:::
bakso saya pun suka 😀
ngga tau itu gambarnya ko gitu hihihi
melihat demokrasi dr sudut pandang mie ayam
*sungguh pandai dan hebat sangadh sekali si Om satu ini 🙂
Goop:::
ah, sukanya berlebihan jeung satu ini
😆
sudah sepantasnya pedagang mie disini mengimport teknik pembuatan mie ayam di sono… karena setelah sekali dilakukan… teknik yang dianut negri kita ini agak kurang memuaskan pelanggan… padahal teknik yang digunakan adalah pelanggan memilih sendiri bahan-bahan apa saja yang akan dimasukkan dalam mangkok mienya…
negri kita ini tidak mau belajar padahal selain sudah sering ganti bahan baku… kita juga sudah sering ganti mangkok… selalu saja ada ketidak puasan… apa karna pelanggannya yang terlalu konsumtif sehingga selalu bersikap manja…??? atau karena pedagangnya memang lebih menguntungkan profit daripada kepuasan pelanggan…???
memang… warung sebelah kliatan lebih laris daripada warung sendiri…. maka dari itu kita butuh persaingan…
mampus lo…!!! dah lama gw g khotbah di blogg orang… makan tuh analogi… cerna pake usus…!!! *sebel lagi sakit diuru baca macam beginian*
Goop:::
ah, terima kasih tuan…
begitu benderang…
*menjura*
Hah! aku paling suka bakmi. bakmi apapun. pokokne bakmi. Srupppp!!! nyam…nyam… enak. Bakmi kalimatan khususnya Singkawang, bakminya enak justru tanpa kuah. di beri sedikit cuka dan cabe. rasanya asam pedas. sungguh nikmat. aku pribadi sih lebih suka dengan siraman kuahnya plus lada yang banyakkkk… hehhee
Btw… bakmi dihubungkan sampai ke Amerika, seru banget, Paman. Aku paling setuju bila dikatakan setiap masakan mempunyai jiwa. Bumbu dan penyajian sama. Bila di masak oleh orang yang berbeda pasti akan beda juga rasanya.
Goop:::
kapan-kapan ajak-ajak dong ci 😀
ke singkawang 😳
saya lebih suka yang dicampur!!!!!!!
as usual, tulisannya keren!!!! two thumbs up
Goop:::
ah tante, seperti biasa paling bisa
kesimpulan yang bisa saya ambil adalah:
mie ayam = demokrasi amerika
kaya’nya salah nih 😕
Goop:::
ah, silakan saja menyimpulkan apapun hohoho
as usual… tulisannya bikin saiyah pusing… *skip paragraf-paragraf awal*
Goop:::
👿
*injek-injek tuan*
bukankah lbh baik klo memang batas itu tegas, agar tidak menimbulkan ambigu?
Goop:::
dalam hal tertentu, misal laki-laki dan perempuan, iya saya setuju
tapi untuk mie ayam ini 😀
saya pikir ko tidak akan pernah jelas ya… ambigu justru yg dipertahankan menjadi komoditas, entahlah..
yah, bataasan antara sampean dan siwi itu jelas! dan gak mungkin disatukan.. hahahahahahaha
Goop:::
lha…?
kok malah itu, hohoho 😳
Paman punya mie ayam…aku punya bakso..
gimana kalo kita jualan bareng??
Goop:::
boleh
tapi kalo boleh, saya akan lebih memilih untuk menikmatinya saja 😀
saya suka mie goreng
Goop:::
saya kurang begitu suka, karena tak ada kuah 😀
yaoloh..orang satu ini bisa aja bikin tulisan.. gw juga suka yang langsung dicampur bro. lebih memanjakan lidah..hayah.. 😀
Goop:::
you bilang harus bisa nulis segala macam hal 😆
hohoho
tengkyu boz
apa rasanya mie ayam kuahnya dipisah… saya mbayangkan makan mie basah tp gak berkuah dengan segelas air kaldu 😀
dan soal “mie ayam” di indonesia, masih terpisah seperti bayangan sayah.. jadi jangan heran klo makin hari pedagang mie ayam bingung menentukan harga permangkuk nya 😦
Goop:::
walah…
tau aja kalo pedagang bingung boz hihihi
pesen atu…ayamnyah nyang banyak 😈
Goop:::
sebentar ya pak, silakan duduk dulu 😀
sayang sekali, di-sini “mie ayam-nya” masih belum ter-campur dengan pas, masih ada asin-nya bro. kapan yaks bisa? 🙄
Goop:::
setelah semua menjadi teman mungkin 😎
kita coba pelopori aja yuuuu
om mie ayam ada di amerika to??
Goop:::
maaf, kurang tau saya
belum pernah ke sana soalnya hihi 😀
barangkali shock karena YM pak gempur, tubuh saya langsung drop. ufh. ndak sempat lagi memikirkan mie ayam yang disuguhkan mas goop!
Goop:::
ah, apakah sedang sakit pak?
maaf hanya mieayam sederhana yang bisa saya hidangkan *hayah*
semoga lekas sembuh
siwi itu tukang makan ya ??
pantesan. ..
Goop:::
emang gitu funk? 😆
wong siji iku ancen suka ngawur kok! 😈
*melongok ruangan sebelah tempat gempur ngenet*
kalo saya *masih tetep ngotot* lebih suka yang dipisah karena apa? teksturnya lebih kenyal, dan kita bisa menentukan sendiri banyak sedikit kuahnya gitu… karena ndak ada yang lebih ngerti saya dibanding saya sendiri. ohoho…
😎
jadi, ndak perlu repot nyerewetin abang Mie ayamnya. Apalagi kalo ternyata standar banyak sedikit antara kita dan abang mie ayamnya beda.
bisa bisa terjadi pertempuran berdarah… 😀
apapun, masak sih, kita bisa dipisahkan cumak gara gara mie ayam?
Goop:::
mieAyam ngga mungkin memisahkan ya bu 😆
tapi, abang penjualnya yang dendam sama sampeyan iya sepertinya 😆
#pangshit!
👿
apa Paman Goop bilang begitu?
enggak kan? 👿
Goop:::
uhm… barangkali tersirat itu bu…
benernya iya ngga sih 😀mana2….???
bikin lapar nih paman…!!
sudah delapan puluh jam 3 menit saya ndak makan…..!!!
Goop:::
sokorin!! 😆
jian..ternyata ada hubungannya mie ayam ama amerika, selama ini saya ndak begitu menikmati rasa mie ayam hanya sekedar pengganjal perut saja 🙂
Goop:::
wah, kalo boleh menyarankan, silakan dinikmati mas 😀
…kata ibu jangan jajan mie di jalanan, soalnya tukangnya habis pipis nggak cuci tangan langsung ngambil mie, seledri, sawi, dan pangsit…
OOT Banget
Goop:::
disamping itu, pas meres sambel pake celana ya mas 😆
Hehehe…ketawa baca komentar mas Iman…kok kayak pesan alm ibu saya. Akibatnya, pas awal jadi mahasiswa perutku jadi sulit diajak damai, saking ga pernahnya jajan diluar, padahal dunia mahasiswa kan tugas-tugas sampai malam…dan terpaksa makan di kantin. Jadi sang perut akhirnya baru berdmai, setelah 3 bulan percobaan, dengan bolak balik ke dokter.
Setelah jadi ibu, pesan tadi saya balik…boleh jajan, asal tempatnya bersih, air untuk mencuci mengalir lancar dst .nya…Tapi makan mie memang paling nyam-nyam…mudah dan murah. Apalagi bagi mahasiswa yang lagi belajar ke luar negeri, suka mencari indomie cs untuk mengganjal perutnya…dan kata anakku, indomie bikinan Indonesia disenangi mahasiwa Malaysia, China dan India..saat dia sempat kuliah di UQ, Brisbane.
Goop:::
ah iya, ibu saya juga sering mengajarkan begitu 😀
tapi saya bandel, nikmat banget makan di pinggir jalan bareng temen-temen…
kapan ke luar negeri ya, soalnya saya bosan makan indomie di sini 🙄
emang di sana rasanya beda ya*ditendang*mungkin lebih seru kalau monica lewinsky ikut dalam pilpres di Amerika….., BTW mie ayam memang nikmat kalau dicampur……., dipisahkan pun juga, kan makannya nanti tercampur dalam perut.
Goop:::
monica lewinsky siapa sih?
di film baywatch ngga ada tuanku 😆
*mendadak amnesia*
hehe… unc keren…. ku tadi coba-coba nerka arah tulisannya kemana, eh…. ternyata salah total unc… wah… hebaaat, alurnya g terduga.
tapi… saya g suka mie ayam unc.
Goop:::
sukanya apa? hihi
mie ayam… makanan favorit keluargaku, kami semua suka yang kuahnya di campur, apalagi ayamnya banyak + pangsit lagi.
Pinter banget menyajikan mie ayam.
Goop:::
lha?! saya bukan abang penjualnya mbak 😀
saya juga sedang nungguin pesenan ini hihi
Waaa mie ayam yaa?
Aku suka kuahnya dicampurr aja trus di banyakin ayam nya and pake acar trusss sambelnya juga musti banyak biar puedesss… Apalagi dimakan pas masih hangat, wuaaaa enaakssss….
Goop:::
awas gendut nona,
klo semua banyak gitu hihihi 😛
kdg org makan, tidak saja utk tujuan kenyang dan mendapatkan kenikmatan lidah, tp jg sekalian style…
misah2in mie ayam dgn kuahnya, kekna ga lebih daripada tuntutan style itu, biar keliatan lebih gaya, biar keliatan lebih repot.
😀
Goop:::
haha bener banget, habis itu gimana bang?
padahal nikmat rasa, tidak lebih dari 20 cm ya Bang 😦
mie ayam paling enak bikin sendiri 😀
Goop:::
hihi, saya mah enak kalo beli 😀
soalnya ga bisa bikin sendiri 😦
beberapa bumbu tambahan memang disediakan untuk menambah rasa dari makanan inti yang sudah diramu oleh penjual. tapi kadang2 malah bikin hancur rasa aslinya. tapi yah memang dibutuhkan sedikit keahlian untuk meramu itu semua huhuhuuh.
antara mie ayam yang di pisah atau nggak saya lebih memilih di traktir miayam nih terserah degh yang mana aja juga boleh huhuhuhu.
Goop:::
ayoooo kalo gitu hohoho
cara yang nggak sedap buat ngomongin mie ayam…
betewe, saya pernah hampir muntah pas makan malem mie ayam sama lik hanafi!!! gara2nya itu mie ayam rasanya uaneh bin uajaib!!
Goop:::
ngga sedap bagaimana? 😆
ko dikau sering ketemu sama hal-hal aneh ya? jangan-jangan karena kau orang aneh bro hehehe
Emang enakan mie ayam yg udah dicampur..bumbunya makin meresap.
cuma jangan dimakan semangkuk berdua,..nga bakalan kenyang.
*comment oot*
*jadi lapar*
Goop:::
emang ngga kenyang, tapi jadi romantis kan 😳
wah jadi bikin ngiler nih..
saya juga suka banget Om sama mie ayam, kalau makan mie ayam bisa habis 2 mangkok saya..
Goop:::
wuah banyak juga itu max 😀
habis ngga tuh? boros juga ya hihi
aduh jadi laper nih gw…hehe!
Goop:::
ya makan atuh dek hehehe
hihihi.. inilah hebatnya seorang blogger, apa aja bisa dijadikan bahan tulisan. saluttt
Goop:::
haiyah, orang cuma meracau ini 😀
pesen mie ayam satu yah om..
*laper berat ni*
Goop:::
saya juga lagi nungguin dt 😀
aduuuhhh mie ayammm……..I Like It!
Goop:::
😛