Mabuk

mabuk lha…

Seperti apakah rupa mabuk? benarkah deskripsi dalam bagian akhir Heavier than Heaven, saat Kurt Cobain memakai kokain terakhir. Dimana semua tampak kebiru-biruan, sebelum kemudian menyarangkan sebuah peluru di kepalanya?

Sebenarnya saya telah dibuat mabuk, oleh beberapa orang penari. Tarian memang sesuatu yang jarang saya saksikan. Beberapa hari yang lalu, kesempatan itupun datang. Sebagai hiburan dalam sebuah acara, panitia menyuguhkan beberapa buah tarian. Penarinya bukanlah profesional, hanya beberapa gadis remaja. Bahkan lebih parah saya tidak mengetahui apa nama tariannya, kecuali daerah asal tarian saja. Sebuah tari berasal dari Jawa dan sebuah lagi berasal dari Bali.

Semua disajikan dengan penuh kesederhanaan. Sebuah panggung mungil, musik latar dari sebuah piringan CD. Ternyata tidak menghalangi para penari itu berkreasi. Mereka membawakan tarian dengan sepenuh hati, meski nampak masih malu-malu dan canggung.

Ada aura yang sukar diterjemahkan bila kita telah mengikuti gerakan-gerakan itu, ditingkahi bebunyian musik latarnya. Tarian dari Jawa yang saya saksikan begitu halus mengalir, dengan gerakan-gerakan detail dan lembut. Tak ada ketergesaan disana, ditarikan dengan cermat, dan sepertinya setiap gerakan mengandung makna. Sayang, saya tidak mengetahui apa arti makna sebenarnya dari tarian itu, kecuali sekedar menduga-duga.

Gemulai lentik jemari, bersambung dengan putaran pergelangan tangan, mempengaruhi gerak pundak, sebelum kemudian berakhir pada anggukan atau gelengan ringan kepala. Langkah kaki, tidaklah terlalu ritmis, cenderung diseret bahkan, menapak satu demi satu, terkadang dengan mengangkat tumit, atau ujung jemari kaki.

Semua kesatuan gerak ini, bunyi musik pentatonik yang mengalun dalam ketukan-ketukan pelan dan melenakan. Di lain pihak, pundak yang telanjang, kemben, selendang, juga mata yang seakan-akan luruh. Masih dihiasi dengan sedikit lambaian kain, yang terkadang digerakkan penari.

Ada gairah yang merangkak pelan sekali. Tak tergesa, mungkin seperti sebuah foreplay yang panjang, sebelum diakhiri dengan persetubuhan. Sepertinya ada perhatian yang besar pada kasih sayang, pada belaian yang mengawali setiap percumbuan.

Sedikit berbeda saat tari bali dimainkan. Gerakannya ritmis, musiknya semarak dengan pakaian gemerlapan. Meski masih mengandalkan putaran-putaran lentik jemari, pergelangan yang menghentak dan pundak yang digoyang-goyang. Anehnya kepala, cenderung diam, hanya mata yang bergerak-gerak. Bukan main, mata penari bali (meski saya kurang yakin, apakah benar berasal dari Bali atau bukan) benar-benar hidup. Membelalak, seperti melotot namun bukan, karena ini tidak menyeramkan. Melirik ke beberapa jurusan, seakan ingin menggoda seluruh arah.

Gerakan kaki yang berlari dalam langkah-langkah kecil, berputaran menyentuh seluruh panggung. Dari sudut ke sudut, seakan tak ada ruang yang dibiarkan menganggur. Mendekati akhir, ada kembang yang disebarkan, berhamburan, terserak begitu saja, kadang terinjak. Ada sesuatu yang aneh, saat percikan kembang, menjadi latar depan, menabiri lirikan mata yang bergerak-gerak lincah. Seakan-akan ada yang ingin disembunyikan, namun tidak benar-benar disembunyikan. Layaknya ingin ditutup, tapi malah disingkap, mungkinkah ini yang dinamakan godaan?

Bangunan tari, sedari awal, seperti tunjek point, tanpa basa-basi. Walau di tengah, kadang ada helaan, sepertinya ada jeda. Biarpun itu tak lama, atau memang disengaja? Kembali dibawa berputaran, melingkar dan berlari. Hingga sampai akhirnya, bukanlah sebuah titik, melainkan membumbung, mengawan menggapai langit. Meninggalkan nafas yang memburu, cucuran keringat, walau disisipi lenguhan desah. Ah indah…

Nun jauh disana, saya teringat para darwis yang berputaran. Menarikan sama’ tenggelam dalam pusaran paling dalam ekstase. Sebuah wujud, nyanyian cinta agung Rumi pada Kekasih. Seperti tarian laron, di sekeliling pelita yang begitu rindu pada cahaya, hingga tak sadar bahwa sedikit sayap terbakar. Bahkan membiarkan tubuh dan jiwa, menyatu, luruh dalam nyala.

Saya kembali berfikir, seperti apa rupa mabuk? Ah tapi mungkin lebih tepat bila tidak kita fikirkan, melainkan kita rasakan. Jangan fikirkan apapun, lihat dan kemudian rasakan. Lagi pula, mungkin mabuk bukan sesuatu yang bisa dideskripsikan bagaimana rupanya, seperti juga sakit, barangkali…

__________________________________________________________

Akhirnya ini bukan anjuran untuk mabuk. Mabuk yang itu lho…, tau kan?? Oiya, juga bukan pembandingan antara tarian jawa dan bali, atau mungkin lebih jauh budaya keduanya. Apa yang tertulis, hanyalah sepengetahuan saya yang secuwil, benar-benar subyektif dan mungkin melimpah kemiskinan pengetahuan. Sehingga bila ada koreksi, update yang perlu atau hal lain terutama dari yang ahli dan mengerti sangat dinanti disini. Terima kasih.

asal gambar

49 comments so far

  1. Sawali Tuhusetya on

    Semua kesatuan gerak ini, bunyi musik pentatonik yang mengalun dalam ketukan-ketukan pelan dan melenakan. Di lain pihak, pundak yang telanjang, kemben, selendang, juga mata yang seakan-akan luruh. Masih dihiasi dengan sedikit lambaian kain, yang terkadang digerakkan penari.

    ini narasi yang selalu kuharapkan hadir di blog ini, halah, yang pasti kalau ada kosakata kemben dan selendang, imajinasi selalu tertuju kepada gadis yang lembut dengan langkah gemulai, apalagi kalau menari tarian jawa yang lembut dan eksotis. walah, bisa membangkitkan emosi purba ke sebuah imajinasi-imajinasi liar tentang perempuan. hemmmm, indah, sungguh dan teatrikal.
    *berlalu sambil tepuk tangan, lalu bersiul sambil menyedot asap rokok. rarara hum pa pa, rarara hum pa pa *

    Goop:::
    jangan terlalu liar lho pak * 😀 *
    eh lha kok malah nari-nari juga Bapak ini
    itu pak… ada murid-muridnya… * :mrgreen: *
    terima kasih pak

  2. Ina on

    “seperti apa rupa mabuk? Ah tapi mungkin lebih tepat bila tidak kita fikirkan, melainkan kita rasakan”

    Mo ngerasain yg namanya mabuk? udah mulai bandel yach… *jewer kuping goop
    tp kok liat org nari bisa bikin mabuk?

    Goop::
    lha…
    makanya kak ina, mabok harus dirasakan…
    cobalah liat skale-kale
    * :mrgreen: *

  3. Andrew Anandhika Wijaya on

    wah tari bali ya…???

    coba kalo paman nonton tarian suguhan dari temen2 cewek kelas saya di malam pensi… pasti udah nggak sekedar mabuk lagi….

    Vit. A

    Goop:::
    hahaha… baik untuk mata ya tuan * :mrgreen: *

  4. JB on

    tapi udahan nonton tari ga buru2 kebelakang kan 👿

    Goop:::
    kebetulan terus saya kebelet hehehe
    jadi ya kebelakang

  5. sungai on

    apakah ini semacam estetika mabuk?
    di kota kami, ada minuman populer bernama tuak
    dan kalau mabuk tuak
    semua jadi menari
    mulut meracau
    tubuh melenggak-lenggok
    lalu melotot pada penari dangdut
    di layar kaca tv kedai

    Goop:::
    hahaha… estetika mabuk??
    apakah itu perlu? saya pun kurang tahu * :mrgreen: *

  6. Goenawan Lee on

    Aduuhh… Rasanyaaaa… Kayak nonton tari Bali sambil ngudut Lucky Strike… 😆

    Goop:::
    memabukkan ya bozz….
    bagi-bagi dunk luckyie’s nya * 😀 *

  7. Ersis W. Abbas on

    Hebat … aku terbawa hawa arus tulisan ini … luar biasa. Sering-sering yang kaya gini Mas. Salam.

    Goop:::
    ah pak ersis bisa aja 😀
    hanya mencoba bertutur pak
    terima kasih, -salam-

  8. hadi arr on

    hebat goop
    salut dengan penyajian yang senantiasa memabukan
    bukan isapan jempol kalau saya bilang saya membaca
    seluruh kata, kayanya hampir tak terlewat
    sampai saya mabuk. siiip hebat

    Goop:::
    aduh…
    apakah sekarang juga masih mabuk 😀
    makasih ya pak, saya jadi maloe * 😳 *

  9. atapsenja on

    Mabuk yang lain ya, Paman? Mabuk kepayang, he he he.

    Ya, mabuk bukan sesuatu yang mudah dideskripsikan. Mungkin setiap pemabuk punya alam imajinasinya sendiri. Mungkin juga perempuan itu hanya berdiri lalu diliatnya menari.

    Salut sama tulisan paman yang selalu indah.

    Goop:::
    begitulah mbak * 😀 *
    terima kasih ya…

  10. extremusmilitis on

    Sama-sama enak, lembut dan keras, yang penting kan ujung-ujung-nya Goop 😆

    Goop:::
    ujung-ujungnya bang??!!
    kan biasanya lancip
    * :mrgreen: *

  11. tukangkopi on

    hadoh..tulisannya merepresentasikan kecerdasan penulisnya!

    *menghormat pada Guru* 😀

    Goop:::
    haiyah….
    *ikut menghormat, pada pak sawali kan??* * 😆 *

  12. itikkecil on

    saya mabok setiap hari, mabok pada orang yang sama 😆

    Goop:::
    ceillleeee…
    tante itik romantis nian…
    * 😆 *

  13. daeng limpo on

    maaf, saya juga lagi mabok………, tapi semabok-maboknya saya, saya sangat tertarik dengan gaya menulis anda…..waktu nulisnya nggak mabok khan? wakakakakak

    Goop:::
    * :mrgreen: *
    hngggg….hyungggg…..gussrakkk…
    mmhhh, kira-kira bagaimana sobat??
    * 😆 *

  14. Ram-Ram Muhammad on

    Assalaamu ‘alaikum Goop…

    Goop:::
    walaikum salam tuanku

    Binun harus komen apa…
    Tapi saya bisa menikmatinya, tulisannya mengalir seperti sungai. Salut saya…
    *menjura-jura*

    Goop:::
    *balas menjura*

    Pada awalnya, seni dengan beragam bentuknya adalah bentuk ekpresi dari nilai-nilai spiritualitas manusia. Jadi esensi dari berkesenian; nyanyian, tarian, seni pahat-lukis dan lain sebagainya adalah penghormatan terhadap-Nya. jejaknya masih bisa kita lihat sekarang. Suku pedalaman yang memiliki nyanyian dan tarian ritual, patung-patung yang disembah (saya ndak bicara soal musyriknya lho Goop) oleh mereka, kidung-kidung pujian kepada dewa, dan lain sebagainya.

    Ah, jadi meracau… ikutan mabok, disuguhi khamr seni sama Goop…

    Goop:::
    wah inilah yang ingin saya garis bawahi,
    terima kasih tuan

  15. maxbreaker on

    Lam kenal ya…
    saya juga suka mabuk tapi mabuknya kalo naik kendaraan, n bisa diatasi dengan antimo…. hehe :mrgreen:

    Goop:::
    salam kenal juga
    terima kasih ya sudah mampir
    kalo naik kendaraan mabok, jalan kaki aja mas… bisa sihat
    * 😆 *

  16. rumahkayubekas on

    he he,
    ternyata mabuk bisa macam2 penyebabnya ya,

    Goop:::
    yup, begitulah sobat kira-kira
    * :mrgreen: *

  17. evan on

    rasa2nya semua orang indonesia itu pemabuk, terutama ketika melihat duit. Mereka menyanyi, kadang bergumam tak karuan, dan menari ritmik mengikuti alunan-aliran anggaran negara. Mereka sakau, terbang ke langit ketujuh, ketika menikmati goyang ngebor ‘kertas bertandatangan gubernur BI’. Lupa pada semua, pada semua.

    Goop:::
    hahaha 😀
    bener mas, semua orang indonesia itu pemabuk…
    sayangnya tidak sama apa yang membuat mabuk, dan kapan mabuk-nya
    begitu barangkali :mrgreen:

  18. antarpulau on

    *clingukan*
    *nyari komentar yg kemarin…*
    *nyelip kemana yak…??*

    Goop:::
    eh, memang kemarin udah koment??
    ga ada tu bro, di kandang akismet juga tidak
    😆

  19. ponakan on

    salut… penyajiannya bagus banget… yah…sedikit bisa membayangkan…
    tapi kok… hehe… entahlah jadi risih juga… habis yang dilukiskan cewek sih… pake kemben… dengan bahu terbuka pula…. waduh… “obat mata” ya..

    overall…. Uncle sapa dulu…? hehe -g nyambung yak-

    Goop:::
    terima kasih 😀
    hahaha… maaf deh, kalo jadi risih…
    eh, uncle siapa memangnya?? :mrgreen:

  20. ponakan on

    ya.. pamannya ponakannya uncle… hehe… bukan saiya yang jelas… hehe

    Goop:::
    ya..ya..ya…
    terserah ponakan aja deh
    * :mrgreen: *

  21. bisaku on

    Ah, ini yang aku suka … kata-kata yang menghanyutkan bak mencium aroma tembakau kakek yang udah lama gak aku rasakan, atau merasakan sensasi tiada batas saat ingin buang air besar pas lagi kebelet, fiuh …
    sebuah foreplay dan akhirnya inti dari gerakan yang membawa kenikmatan sampai puncak … hebat …

    gw senang gaya tulisan lu yang kaya ini gup … bikin buku aja 😉

    * go go goop 🙂 *

    Goop:::
    hahaha… bisa aja kau sobat 😀
    kalo tembakau sih masih mending, yang selanjutnya itu loghh :mrgreen:
    akhirnya terima kasih, tuan…

  22. Iman on

    ada orang bijak menulis,
    Mabuk adalah gairah yang terkurung, sebagaimana Srintil ‘ memabukan ‘ dalam tarian ronggeng , dalam lakon Ronggeng Dukuh Paruk..

    Goop:::
    gairah yang terkurung eh??
    wah, keren…
    harus dibebaskan dunk * :mrgreen: *
    makasih mas iman

  23. natdbluesky on

    uncle_goop: mbak… saya sudah menuliskan *censored* kemarin, ini nih : https://unclegoop.wordpress.com/2008/01/23/mabuk/
    uncle_goop: ah…
    uncle_goop: ya,,, ntar coba kutanyakeun
    naTaL!a ^_^: wueh..kok ada mabuk nya tu?!
    naTaL!a ^_^: 😀
    uncle_goop: baca ajah 😀

    whoaaaa…
    keren kali deskripsinya 😀
    jadi itulah yang terjadi kala itu.. baru tau neh hehe!
    so, berarti sukses lah penghiburannya ^_^

    Ganbatte ne!!

    Goop:::
    ya begitulah 😀
    makasih ya, untuk undangannya…

  24. Hedwig™ on

    mabuk itu, saat duduk di dalam bus antar kota yang pengab

    Goop:::
    kata temen saya yg di atas…
    minum antimo tuan 😀

  25. gempur on

    Dansa rumi memang penuh misterius yang mengantar pada tingkat ‘mabuk’ tertinggi.. ‘mabuk’ ilahiah…

    Kehebatan rumi tak disangkal hingga PBB pun memperingati hari kelahirannya..

    ——

    Mabuk, satu kondisi di luar kesadaran diri akan kontrol akal fikiran yang terjaga.. mabuk dalam arti dangkal yang dilewati menggunakan minuman atau obat2an menurut para ahli sufi merupakan mabuk yang dipaksakan. Cara instan yang salah.. mungkin demikian..

    Goop:::
    😀
    terima kasih pak, atas tambahan informasinya ini

  26. lil4ngel5ing on

    Mabuk maning.. jatuh cinta kadang2 pun mabuk…

    Goop:::
    eh… iya juga 😀
    jatuh cinta, membuat mabuk juga memang :mrgreen:
    makasih sudah mampir…

  27. deethalsya on

    ^baca komen di atas..

    hhmm..
    kalo mabuk kan gak blh, kata-a dosa..
    nah.. kalo mabuk cinta, gmn yah??! 🙄
    hihihihihi..
    *dt jd bego kalo di sini nih* :mrgreen:

    Goop:::
    kalo cintanya sampai mabuk-mabukan ya g ngerti…
    keknya sih g boleh * :mrgreen: *

  28. andex on

    yah.. jadi inget masa lalu…. saya sering khilaf… mabok2an di bus… mabok2an di kapal… untung saya berenti mabok setelah nenggak antimo…

    Goop:::
    kasihan kamuh nak
    * 😆 *

  29. antarpulau on

    “…….Goop:::
    eh, memang kemarin udah koment??
    ga ada tu bro, di kandang akismet juga tidak…”
    ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
    ehm….
    jangan2x aku mabuk ya paman goop :mrgreen:

    *kucek-kucek mata*

    Goop:::
    hahaha… mungkin sobat, mungkin… 😀
    ah bisa aja tuan kepala suku ini :mrgreen:

  30. fauzansigma on

    mas goop, hitam2 bikin mabuk juga nih backgroundya..
    usul aja..hehe

    Goop:::
    oh, makasih mas usulannya…
    tapi saya seneng pake ini, karena saat baca postingan tidak terganggu dengan side bar… jadi bisa fokus gitu 😀
    semoga kau mengerti sobat
    * :mrgreen: *

  31. Pyrrho on

    dan seperti biasa, saya mabuk menikmati alunan dan lantunan setiap huruf yang terangkai menjadi kata, dan kata yang terjalin menjadi kalimat, serta kalimat yang terpatri menjadi makna,

    Paman, saya lagi mabuk nih. 🙂

    Goop:::
    hahaha… cepatlah sadar sobat… dunia membutuhkanmuh 😀
    terima kasih tuan…

  32. Nazieb on

    Ah, benar-benar tulisan yang memabukkan.. Sangat beralur..

    *nggliyeng…

    Goop:::
    hahaha… sekedar bertutur sobat, terima kasih 😀

  33. danalingga on

    Jadi , marilah kita mabuk bersama paman. 😀

    Goop:::
    yuuukkk mareeee 😀

  34. mbelgedez on

    Doloo sayah sukak.
    Tapi kalok sekarang, ndak lah…

    Bahkan mabok dalam bentuk apapun.
    Semuanya semadyanya sajah…
    Hidup terasa lebih nyaman….

    Goop:::
    yup ohm mBell…
    sewajarnya saja…
    dan dinikmati 😀

  35. brainstorm on

    aku ingin seperti para sufi.. paman

    mabuk bersama Kekasihnya 🙄

    Goop:::
    memang sepertinya menari tuan,
    tapi sepertinya tidak mudah, semudah melihat tarian…
    entahlah, bila dikau sudah bisa, kasih tau bagaimana caranya yak!!! 😀

  36. gita on

    tadinya nyasar, ternyata betah di blog ini. hehehe. salam.

    Goop:::
    syukurlah kalo betah…
    maaf g ada nyamikan atau apapun 😀
    tapi makasih sudah nyasar kesini…

  37. zan's on

    “Seperti apakah rupa mabuk?” Gak tahu ya… kalo merasakan mabuk pernah sih, mabuk darat, mabuk laut hingga mabuk rokok sampai keluar muntah kuning. hehe…

    Goop:::
    ih… menjijikkan… itu dahak kan??
    * 😦 *

  38. almascatie on

    sayah kok jadi mabuk habis mbaca yah om Goop
    :mrgreen:

    Goop:::
    cepet sadar sobat,
    dunia membutuhkanmuh 😀

  39. funkshit on

    tulisan ini memabukkan banyak komentator diatas ..
    tulisan ini hukumnya haram
    seperti haram nya khamr .. .
    hihihihihi

    Goop:::
    hyaduhhhh….
    mustinya memang saya kasih disclaimer…. yak??
    * :mrgreen: * terima kasih tuan, sudah mampir

  40. dobelden on

    jadi kelingan pas masih skolah sd mbiyen….

    melu jd penari piring :mrgreen:

    Goop:::
    lha, kemaren ko ga nari???
    * 😆 *

  41. restlessangel on

    aku dimabook asmara….jd tesis ga kelar2 😦

    pengen cepetan nikah, jd mabuk ini bisa diobati….huehehehe kok malah curhat.

    eh eh kok kamu tyt puitis bgt ya….beda bgt sama gayanya yg preman abis….

    jd inget *tampang boleh preman, tp hati tetep rinto*

    itukah dirimu ???
    *dilempar botol AO kosong*

    Goop:::
    lha, saya preman…
    ah nona ini 😀
    keknya harus kenal lebih dalem nih, *halah* 😀

  42. ekowanz on

    ooh ini mas yang bantuin aq pungutin sampah kemarin neh…lam kenal sekali lagi ya mas…

    Goop:::
    yeap, salam kenal juga…
    terima kasih sudah mampir disini tuan 😀

  43. nico on

    sadarr goop.. haha.. tangi-tangi 😀

    Goop:::
    wah…
    saya udah bangun dari tadi tuan :mrgreen:
    makasih euy sudah sampai sini 😀

  44. Andrew Anandhika Wijaya on

    *fast reader*

    hush… mabuk itu nggak boleh… nggak booleh juga mendekati minuman yang memabukkan… mau masuk neraka kamu hah…???

    Goop:::
    oh, maksudnya dikau mau menunjukkan padaku ya tuan??
    hahaha… santai aja lah… 😀

    *nanggepin feedback*

    iya… tarian anak cewe kelas saya sangat baik untuk mata… dan tidak memabukkan… tapi membuat melayang….

    Goop:::
    melayang??
    ngghhh tapi ga lupa mendarat kan??? jadi pengen liat, ada potonya nda’??
    * 😆 *

  45. pengki on

    waks, saya tertohok dengan keras. still judging the book, from it’s cover. gambarnya minuman sih, kirain nulis tentang mabuk yang itu lho.. hihi

    salam kenal mas ^_^

    Goop:::
    hahaha… maaf sobat, saya g nemu gambar yang lebih keren dari ini euy 😀
    salam kenal pula, dan terima kasih sudah sampai disini

  46. caplang[dot]net on

    hepi nyu yiiiiir *tring!*

    Goop:::
    wah… sadar mas…
    udah telat kaliii….
    * 😆 *

  47. tonganua on

    Salut untuk gaya tulisanmu. Dan urusan mabuk. Saya ingat kalau orang naik perahu di desaku di bibir laut Sawu. Bau amis laut diatas perahu bermuatan tempayan penuh arak ditutup pakai sabut kelapa dan terus menguapkan aroma sulit diungkapkan. Tetapi jelas ingat apa yang masuk dalam perut simabuk laut tersembur keluar dalam produksi setengah jadi. Masa itu beras masih jadi barang mewah. Jadi yang keluar betul produk sehat yang dicari orang kota saat ini. Daun hijau organik. Singkong dan jagung organik. Dan kalu beraspun organik. Semuanya setengah jadi karena orang desa tidak terdidik untuk mengunyah halus. Ini mungkin seperti ekspor kayu glondongan ke China masih dalam produksi setengah jadi agar tidak dicap glondongan.

    Goop:::
    Hahaha… berbagai organik itu keluar karena mabuk laut 😀
    dan waktu itu sudah ada kamuflase untuk mengelabui gelondongan,
    wah jadi ingin tau, tahun berapakah itu??
    oiya, terima kasih sudah mampir disini

  48. erander on

    Saya seperti menyaksikan tarian lewat tulisan. Jarang2 ada yang mendiskripsikan tarian dengan prosa bertutur. Biasanya dengan gaya berita. Garing.

    Tulisannya memberi dimensi lain tentang tari. Bahkan untuk pemahaman tentang mabuk. Sudah saya telusuri, tidak ketemu. Mungkin memang benar. Ga perlu dibahas, cukup dirasakan.

    Goop:::
    hahaha…
    walah, sampai nyari juga pemahaman mabuk
    tck.. tck.. tck..
    memang mending dirasakan saja kan?? 😆

  49. lahapasi on

    ya benar, blog ini berubah menjadi panggung penari..

    *mabuk*

    Goop:::
    waduh, udah sadar belum yak?? 😆


Tinggalkan Balasan ke Nazieb Batalkan balasan