3 Bantal Bingkai Mimpi

sambungan dari sini

Di kamar :

Aku sudah hampir terlelap, saat bayangmu hadir…

Cicak di langit-langit berlarian, berkejaran dengan nyamuk-nyamuk nakal. Ekornya bergerak-gerak, ke kanan ke kiri, terkadang berhenti, kemudian menengok ke kanan ke kiri, Hap!!! Dan seekor nyamuk lagi tertangkap.

Ekor itu, perlahan menjadi ujung rambutmu, saat bergerak dihembus-hembus angin. Terus kutelusuri, hingga sampai pada akar-akar rambut, yang menancap, dan tumbuh sempurna, dari kulit kepala. Dan tak berapa lama, kemudian membayang lagi seraut wajah cantik itu.

Coba ku usir bayangmu, merobah tubuhku dari telentang menjadi miring. Terpampang dihadapanku kini, poster usang Gun N Roses, dengan si ikal Slash dan topi cowboy tinggi hitamnya. Heyy!!! Rambut ikal itu pun menjadi bulu lembut di keningmu, melingkar-lingkar indah, menjadi batas antara rambut di kepala dengan kening yang rata. Kemudian, seraut kesatuan wajah itu pun membayang lagi, lebih jelas dari semula.

Aku menyerah, takluk pada kenangan akan mu. Apa yang harus kulakukan?? Saat bayangmu begitu nyata. Nostalgia di bawah akasia, menunggu gerimis itu, dilengkapi sapamu siang tadi. Di kelas, saat tak seorangpun seperti biasa tak menyapaku, tak menganggapku ada.

“Hai, aku Pandan Wangi, dan kau Bintang kan??”

Tergeragap yang aku bisa, seperti juga saat itu, suaraku lagi-lagi hilang dirampas sunyi. Aku hanya mengangguk, sambil tak lepas memandangmu. Kamu pun heran, seakan-akan bertanya, kenapa aku hanya diam?? Maafkan aku, adakah kamu marah?? Tapi seakan tak terjadi apa pun, kamu berlalu, dan kembali ke bangkumu sambil melempar senyum. Senyum paling manis, semenjak aku ingat dan bisa menerjemahkan arti senyuman.

Aku menyerah, takluk pada kenangan akan mu. Apa yang harus kulakukan?? Sajak, ya mungkin sebuah sajak dapat membuatku terlepas sejenak, dari himpitan kerinduan ini.

~ Cicak, ekornya menjadi ujung-ujung rambutmu ~

~ Poster, bingkainya menjadi batas-batas dagumu ~

~ Tirai, …. ~

Ugh, tak sanggup aku menyelesaikannya. Karena semua yang kulihat, bisa menjadi personifikasi dirimu. Justru kian takut, ataukah senang?? Sekali lagi, aku mencoba, namun banjir kata-kata yang malah menjadi tak terucap, tak mungkin tertuang, dalam sajak yang dibingkai dan berbatas rima.

Aku menyerah, takluk pada kenangan akan mu. Apa yang harus kulakukan?? Kututup wajahku dengan bantal, tapi bahkan tepi-tepinya seakan menjadi bingkai. Dari sebuah mimpi indah, yang akan melenakanku sampai aku bangun kemudian.

nyambung ke sini

__________________________________________________________

Ditulis oleh : Kata Buta Aksara

yang bangun bersama subuh berkawan embun dalam gelap kabut, dipinjam siang bersama celoteh bocah dan tolol camar dalam terik mentari, terpenjara malam pada sunyi dan kerinduan pungguk disinari rembulan

asal gambar

« Resepsi

Partiture »